Mohon tunggu...
Hanik Rosidah Al Uluwiyah
Hanik Rosidah Al Uluwiyah Mohon Tunggu... Bisa bergerak dari hal kecil

Hal kecil yang di lakukan terus menerus akan jadi besar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pagi yang Sunyi

23 Maret 2022   16:17 Diperbarui: 23 Maret 2022   16:23 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kudus, 7 Juli 2019

"Pagi": sorak kabar pada dinding layar ponsel yang hampir setiap hari, kali ini tiada lagi. Pagi yang  biasa dan riuh dipenuhi pertanyaan-pertanyaan rumit untuk sekedar melayangkan jawaban, kini tiada lagi. 

Seperti pagi yang hijau sekejap berubah kecoklatan, kali ini di penuhi tanah-tanah kosong. Seperti tangis para petani yang tiada berhenti dari pagi menuju pagi sebab ia kehilangan padi kesayangan. Perih sudah. 

Pagi ku, telah hilang pula di Sorong tangis dari pagi menuju pagi. Tak henti-henti. "Pak, tani, kau tidak sendirian." Aku disini, dan selalu memperhatikan padi-padimu" dari jauh. Dari arah yang tak pernah dilihat.

kali ini, aku ingin seperti pagi yang telah hilang dan petani yang kehilangan, menjadi pagi yang sunyi dari pagi menuju pagi. Menjadi pagi yang sunyi yang benar-benar sunyi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun