Sebelum pulang, aku mendekati Ayah dan memeluknya. Lama.
"Ayah hebat, ya?" bisikku sambil tertawa kecil di dada Ayah.
Ayah tertawa pelan. "Hebat kenapa?"
"Karena Ayah tahu kapan harus tetap berdiri... dan kapan harus bersandar."
Ayah menepuk punggungku lembut. "Dan kamu... akhirnya tahu bahwa mencintai tidak harus selalu berada paling dekat."
Aku mengangguk, kali ini tanpa air mata.
Saat melangkah keluar, aku menoleh sebentar. Kulihat Ayah dan Bu Santi duduk berdua di beranda. Mengobrol pelan, seperti pasangan tua yang tak butuh banyak kata.
Dan untuk pertama kalinya, aku merasa tenang. Karena akhirnya aku tahu: Ayah telah menemukan bahunya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI