Mohon tunggu...
Hani Rahmah Dwi
Hani Rahmah Dwi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar di Perguruan Tinggi Universitas Islam Nahdlatul Ulama

Semangat Terus...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paradigma Integrasi Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar

4 Desember 2020   21:37 Diperbarui: 4 Desember 2020   21:39 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penampilan perilaku remaja seperti pelanggaran tata tertib sekolah, tawuran, suka minum alkohol, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, kriminalitas. Perilaku tersebut tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yang berisi : (1) beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (6) memiliki rasa tanggungjawab kemsyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan memiliki fungsi pengembangan, untuk membantu individu mengembangkan diri sesuai dengan potensinya, peragaman, membantu individu untuk memilih arah perkembangan yang sesuia dengan potensi dan integrasi, membawa berbagai perkembangan ke arah tujuan yang sesuai dengan hakikat manusia untuk menjadi pribadi yang utuh (Sunaryo Kartadinata, 2011 : 57). Upaya bimbingan dan konseling dalam merealisasikan fungsi-fungsi pendidikan seperti yang disebutkan terarah kepada upaya membantu individu, untuk memperhalus, menginternalisasi sistem nilai ke dalam perilaku mandiri.

2. PEMBAHASAN

A. Paradigma Bimbingan Perkembangan

Menurut Bhaskar (1989) paradigma diartikan sebagai seperangkat asumsi yang dianggap benar apabila melakukan pengamatan agar bisa dipahami dan dipercaya serta asumsi tersebut dapat diterima. Dengan kata lain paradigma adalah sebuah bingkai hanya perlu diamati tanpa dibuktikan, karena masyarakat dan para pendukungnya telah percaya. Hanya tinggal kita saja yang perlu untuk mencermati dari berbagai macam paradigma yang ada.  

           Model bimbingan yang mulai dikembangkan dan dilaksanakan ini adalah model bimbingan berbasis perkembangan yang dikembangkan oleh Wilson Little dan Chapman. Menurut Mathewson (Muhammad Irham, 2013 : 7  ), pendekatan ini di dasari bahwa setiap peserta didik memiliki kebutuhan untuk memahami diri, menyesuaikan diri dengan lingkungan, mempunyai wawasan dan orientasi kondisi sekarang dan yang kondisi yang akan datang, dan kebutuhan untuk mengembangkan potensi pribadi. Maka layanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan dan diberikan ke semua peserta didik dalam berbagai aspeknya baik dalam pekerjaan, pendidikan, sosialnya, maupun kepribadiannya.

Atas dasar itu, Syamsu Yusuf & A. Junika Nurihsan berpendapat bahwa landasan dan prinsip bimbingan konseling yang diperhatikan adalah aspek perkembangan peserta didik dengan berbagai kompleksitasnya. Maka bimbingan dan konseling harusnya sangat memperhatikan proses pelaksanaannya yang bersifat komprehensif, supaya tujuan pelaksanaan perkembangan peserta didik lebih optimal dan bermakna bagi diri sendiri dan lingkungannya dapat dicapai (Muhammad Irham, 2013 : 8).

            Menurut Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan (2011 : 82), kelebihan dari pendekatan perkembangan yaitu memiliki kegiatan yang lebih kompleks dan komprehensif dengan visi edukatif, pengembangan, dan menyeluruh (outreach). Edukatif artinya menekankan pada pencegahan dan pengembangan. Pengembangan artinya tujuan yang ingin dicapai adalah perkembangan peserta didik secara optimal sesuai dengan tugas-tugas perkembangan melalui aktivitas dan rakayasa lingkungan. Outrech, artinya layanan bimbingan dan konseling diberikan kepada seluruh peserta didik baik yang bermasalah atau pun tidak.

B. Deskripsi Perkembangan Karakter

         Pembinaan karakter siswa merupakan upaya yang dilakukan guru dalam rangka untuk membentuk karakter peserta didik. Saat ini Indonesia sedang mempromosikan pembentukan budaya sekolah yang dipilih yaitu budaya budi pekerti luhur yang dikenal dengan pendidikan karakter. Istilah pembentukan budaya budi pekerti luhur di sekolah di perkenalkan. Oleh karena itu guru di sekolah termasuk guru bimbingan konseling dan staf sekolah lainnya bersama-sama meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu pembinaan karakter peserta didik melalui layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru BK. Guru BK perlu merancang dan melaksanakan sebuah program layanan dan layanan bimbingan konseling di kelas dan di luar kelas yang dapat memfasilitasi siswa untuk membiasakan diri yang baik. Begitu juga guru mata pelajaran lain mereka dapat mensosialisasikan pembelajaran materi dengan menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa. (Nurhasanah dan Qathrin Nida : 2016 : 3)

C. Bimbingan dan Konseling Perkembangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun