Aku kagum pada bintang-bintang kecil yang tersusun melingkar di punggungmu seakan-akan muncul dari dalam tubuhmu.Â
Sebentar terang, sebentar redup, terpantul cahaya dalam kamar yang kita sewa untuk waktu yang singkat dan sederhana.
Dengan jari-jemari ku raba gambar bintang itu dan aku pun bertanya, apakah ada artinya?
Apakah itu simbol kebebasan ?
Ataukah tanda pemberontakan pada kemapanan?
Atau penunjuk arah di kala nanti kau ingin kembali pulang?
Ataukah itu sebuah kenangan pahit yang harus kau gambar di setengah bagian punggungmu yang putih berkilau?
Tiba-tiba kamu menghentikan gerakanmu, berbalik arah sambil mengikat kembali rambutmu yang lepas tergerai.Â
Kamu berkata "Upahku tujuh ratus ribu tidak termasuk ongkos jawaban atas pertanyaanmu itu? Lagi pula untuk apa kau tahu, tak ada artinya pun bagimu."
Jangankan kamu yang cuma penulis kafiran, pegawai pemerintahan yang terhormat dan para oknum aparat pun tak pernah ku beritahu soal ini kecuali mereka mau membayar lebih.