Lalu dengan tenang tanpa ragu ku balas kata cintamu sambil ku belai lembut rambutmu yang jatuh di antara musim
kembang pohon jambu. Kelelawar dan burung-burung malam menjadi saksi yang hangat penuh riuh dan berlagu.
Aku merasa hidup, ini bukan mimpi maka nanti akan ku lewati hari-hari bersamamu dengan cinta dan rindu nanÂ
pasti. Kepadamu wahai perempuanku nafasku akan mengalir sepenuhnya untukmu begitu pula nafasmu akanÂ
menjadi bagian semangat hidupku. Lonceng kehidupan berdentang, ku berharap cinta kita akan sakral di atasÂ
ranjang perkawinan.
Kemudian bergantianlah hari dan musim berlalu, waktu merambat meninggalkan segala janji dan cumbu dalamÂ
kalbu. Hendak apa di kata, seribu pertemuan, seribu rindu dan pelukan perlahan-pelan pudar, lenyap tanpaÂ
sedikit pun bisikan terakhir di telingaku.
Kau pergi di saat semua telah ku rangkum menjadi hal yang nyata, di saat semua telah pasti kau akan menjadiÂ
milikku selamanya.