Mohon tunggu...
Handi Aditya
Handi Aditya Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja teks komersil. Suka menulis, walau aslinya mengetik.

Tertarik pada sains, psikologi dan sepak bola. Sesekali menulis puisi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sepak Bola dan Berbagai Kemungkinannya di Alam Metaverse

8 Januari 2022   08:26 Diperbarui: 9 Januari 2022   12:12 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Metaverse, sumber: kompas.com

Kita juga tak mau, jika hal yang sama terjadi juga pada bidang-bidang kehidupan yang lain. Dunia ini sudah cukup rusak, sementara gerakan moral alternatif, yang mampu menekan laju pengerusakan tadi, justru kalah amplifikasinya dengan si perusak.

Sepak bola dalam tataran semesta alternatif, perlu kita lindungi dari jemari-jemari jahat, mereka yang hidup berbahagia dengan atribusi kebencian.

Pemain harus bisa bertanding dalam atmosfer yang sehat, bukan dalam intensi tekanan intimidatif dan perundungan dari suporter. Sementara suporter, juga harus menyadari bahwa kualitas pertandingan, sangatlah deterministik terhadap perilaku mereka dalam memberikan dukungan.

Apa sulitnya mendukung tim kesayangan tanpa memaki tim lawan? Apakah syarat mendukung tim kesayangan, harus dibarengi dengan menyertakan kebencian kepada tim lawan?

Hanya 1 persen populasi di jagad maya, yang memahami betul pentingnya mitigasi atas segala potensi bencana sosial di ranah digital.

1 persen melawan 99 persen, tentu ibarat sebuah pertarungan yang nyaris mustahil. Namun jika kita terus berjuang dan tak berhenti melawan, orang-orang ini tak akan pernah genap mencapai seratus persen eksistensinya.

Saya percaya, akan selalu saja ada celah yang bisa disusupi oleh para penikmat kebencian di sepak bola. Namun jika kita mau untuk senantiasa tak memberi ruang gerak bagi mereka. Setidaknya kita telah mampu menahan kebencian itu supaya tak menular, atau bahkan mengular.

Metaverse dan sepak bola, memang melesatkan jauh angan-angan kita pada kemungkinan-kemungkinan baru yang tak terbayangkan.

Meski ia berpotensi memunculkan ancaman baru di masa mendatang, sesungguhnya benih-benihnya itu berada sangat dekat, dan sangat mungkin sekali untuk kita jangkau, terlebih untuk dicegah, diantisipasi. Bukan justru dipupuk, apalagi dipelihara. Sebab kita tentu tak ingin segala sesuatunya menjadi terlambat, kemudian membuat kita terperangkap sekali lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun