Teknologi terus berkembang. Maka suka ataupun tidak, sepak bola pun akan mengikuti orbit kemajuan teknologi, setapak demi setapak.
Di Liga Italia Serie A, perkawinan antara teknologi dan sepak bola, telah berada satu langkah di depan kompetisi-kompetisi lain di seluruh dunia.
Di liga ini, teknologi kecerdasan buatan sudah dipakai penerapannya tidak hanya dalam menentukan siapa yang layak menjadi pemain terbaik, ia juga mampu mempertanggung jawabkannya dengan penyajian data-data statistik per pemain yang terukur, serta sangat akuntabel.
Bahkan jika tak menjadi polemik ketika itu, di awal-awal pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu, penghitungan algoritmik juga nyaris dipakai sebagai penentu klub yang keluar sebagai juara di Liga Italia.
Jika pada level teknis, sepak bola sudah berevolusi menjadi secanggih itu. Maka pada tataran yang lebih luas lagi, sepak bola hari ini semestinya juga tengah bersiap, melakukan migrasi menuju sebuah ekosistem baru, yang kelak menuntut sepak bola itu sendiri menemukan bentuknya yang paling ideal.
Imajinasi saya melayang-layang, membayangkan bagaimana nantinya sepak bola bisa hidup dalam semesta alternatif.
Akan menakjubkan sekali rasanya bagi para penggemar, bisa merasakan atmosfer pertandingan besar di stadion impian dari kamar tidur mereka sendiri, cuma bermodal perangkat kacamata realitas virtual.
Beberapa waktu lalu, Justin Bieber telah membuktikan kepada kita, bahwa konser musik saja bisa ditransmisikan ke dalam semesta alternatif, yang di dalamnya memungkinkan kita saling berinteraksi dalam wujud avatar. Maka secara teknis, sepak bola pun juga memungkinkan untuk ditransmisikan ke dalam medium yang sama.
Singkatnya, para pesepakbola akan bertanding di sebuah lapangan virtual dengan mengenakan perangkat tertentu, yang menciptakan keterhubungan dengan avatar diri mereka sendiri di dunia holografik, semesta alternatif.
Di medium itu juga, keberadaan kita yang diproyeksikan oleh avatar-avatar yang mewakili diri kita sendiri, larut pada gegap-gempita, seolah tengah menonton langsung pertandingan dari stadion sungguhan, padahal kita tidak ke mana-mana.
Ya, semesta yang melampaui imajinasi kita itu memang memungkinkan kita