Sejujurnya, ketiadaan Milan dari peta persaingan kompetisi Serie A, cukup membuat saya merasa amat kehilangan. Saya rindu dengan berisiknya Milanisti yang selalu sesumbar di hampir sepanjang pekan.Â
Saya rindu sebutan-sebutan mereka untuk Juve, seperti Jupantat, Juskentut dan lain sebagainya. Jujur, hal-hal semacam ini cukup berhasil membuat saya tertawa, dan makin menikmati aroma rivalitas.Â
Bahkan saya juga merindukan tuduhan-tuduhan halu seperti; Juve curang, Juve dibantu wasit, Juve nyogok, dll.
Ya, saya benar-benar kehilangan nuansa rivalitas dengan para Milanisti. Saya rindu sekali melihat Milan kembali menjadi lawan yang menyulitkan bagi Juventus.Â
Sekarang ini, menang dari Milan tak ubahnya menang dari Salernitana, Perugia & tim-tim semenjana lainnya. Tak ada kepuasan apapun. Hanya sekadar menang, mendapatkan 3 poin. Lalu, selesai.Â
Itulah mengapa saya menuliskan tulisan sepanjang ini. Bukan karena kurang kerjaan, tapi sebagaimana rindu yang tak mengenal keadaan, mau tak mau, rindu harus segera saya sampaikan. Sepahit apapun hasilnya.
Rindu juga membuat saya berdoa. Ya, bahkan Juventini seperti saya pun bisa sampai mendoakan yang terbaik bagi AC Milan. Serius, walau terdengar tak serius. Tapi saya percaya, doa selalu bisa mempertemukan rindu, sekalipun terpisahkan oleh jarak sejauh Bima Sakti & Aldebaran.
Saya pun percaya, Liga Italia akan jauh lebih sehat, jika Milan kembali ke jalur juara. Maka lewat tulisan ini juga, saya mengajak kita semua, untuk berdoa kepada Tuhan YME, mendoakan yang terbaik bagi AC Milan.Â
Walau jika dipikir-pikir, lucu juga berdoa kepada Tuhan, terlebih kita mendoakan yang terbaik bagi setan.
Ohya, terakhir. Untuk menutup tulisan ini, saya kembali ke pertanyaan tebak-tebakan Okta, 'Setan, setan apa yang ga ada serem-seremnya?'
Jawabannya adalah "Setan(g)kai mawar merah dari kamu".