Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Turis "Nakal" Tamu di Rumah Sendiri

17 Maret 2023   15:48 Diperbarui: 17 Maret 2023   15:50 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IconPantai Pandawa (sumber gambar : Hamim Thohari Majdi)

Bali lebih di kenal daripada Indonesia, seakan-akan Bali adalah sebuah "negara", padahal Bali adalah salah satu pulau di Indonesia  dan orang bule sebenarnya fasih menyebut Bali Island yang artinya ya pulau Bali.

Kewibawaan Bali mendapat keberkahan dari keelokan pantainya. Sebagaimana ceriat guru Les bahas Inggris waktu itu. Kebetulan bersamaan dengan adanya peristiwa gerhana matahari total,  banyak turis yang datang di Tanjung Kodok sebelah barat Wisata Bahari Lamongan-WBL untuk menyaksikan fenomena alam di pusat gerhana. Kata guru kami "para turis di samping ke Tanjung Kodok, tujuan lain dan utama adalah Bali"

Salah satu teman bertanya "mister mengapa ke Bali dan ada apa dengan Bali?", guru kami mendetailkan ceritanya, "orang luar negeri mengumpulkan uang hanya untuk liburan ke Bali", ada kebanggaan kalu sudah bisa mengunjungi Bali dan tanda setelah kunjungan dari Bali adalah kulitnya  "gosong" karena berjemur di Pantai seperti Sanur, Pandawa, tanah lot dan lainnya. 

Turis manca negara bangga kalau kulitnya menghitam akibat sorotan matahari, beda dengan orang Indonesia justru menghindar dari sengatan panas matahari agar tetap tampak berseri kulitnya. Anehnya turis Bali ke Indonesia untuk membakar kulit dengan merelakan dolarnya melayang.

Kehadiran turis di Bali menjadikan perekonomin masyarakatnya terangkat, kesejahteraannya meningkat, karena para bule butuh didampingi (guide), tempat singgah (home stay, hotel, motel dan sejenisnya), tempat makan  (resto), sarana ngopi  (cafe) dan banyaklah jenisnya, termasuk membutuhkan kendaraan (sepeda, motor, mobil) yang bisa disewa selama di Bali untuk halan-halan berkeliling pulau dewata.

FAKTOR UANG

Para pelancong turis Bali dari Eropa atau benua lainnya datang ke Bali tujuannya adalah membelanjakan uangnya untuk bersenang-senang. sementara masyarakat Bali sebagai tuan rumah justru berstatus sebagai pelayan, penjual jasa untuk memenuhi kebutuhan tamunya dengan imbalan uang.

Seakan-akan para bule menjadi raja sebagaimana prinsip marketing yang meletakkan atau memberi kedudukan pembeli-pelanggan sebagai raja, resiko yang harus ditanggung adalah tuan rumah (para penjual jasa) harus bersikap ramah, rela "direndahkan" untuk memperoleh penghasilan dan keuntungan yang gede pakai banget. 

Hukum marketing itulah secara perlahan tapi pasti menggerus kedudukan tuan rumah "mengiyakan" apa saja yang diinginkan oleh para pelanggannya (pembeli).

Orang Bali sudah "jatuh cinta" kepada para bule karena membawa banyak dolar , maka upayanya adalah bagaimana dolarnya bule bisa singgah di dompetnya. Karenanya orang Bali seakan-akan lupa mempunyai saudara di seluruh pelosok nusantara utamanya dari Jawa. Beda pelayanan ketika melayani saudaranya dengan tamu asing. Dan ini bisa diperhatikan di beberapa tempat ada tempat "khusus si bule boleh masuk" dan tarif dengan menggunakan standar dolar.

SEPERTI PEMILIK BALI

Pertengahan bulan Pebruari 2023, entah ke berapa saya berkesempatan lagi menginjakkan kaki di tanah lot dan pantai Pandawa, dapat disaksikan dengan jelas betapa para bule menikmati ombak dan indahnya pantai dengan didampingi (dilayani) oleh orang Indonesia (Bali), bahasa kerennya orang kita dijadikan asisten. 

Jalanan di Bali waktu itu tidak terlalu ramai walau hari Minggu, karena rombongan kami ingin menyusuri kota Bali bersamaan dengan matahari memancarkan warna merah hingga bayang benda sama dengan aslinya.

Di beberapa jalan raya  banyak bule yang naik motor dengan gaya ala koboi sedang naik motor, memakai topi, berkaca mata dan acuh dengan yang ada di sekitar, tanpa ada sapa, hanya turis domestik (orang Indonesia) yang memusatkan perhatiannya kepada bule utamanya ketika berada di lampu lalu lintas (traffict lights) yang sedang memancarkan warna merah.

Hati ini menertawakan diri, orang Indonesia pakai kelengkapan berkendara dan sangat menghormati bapak polisi yang sedang berdiri di perempatan memastikan ketertiban dan kelancaran lalu lintas, lantas beberapa bule dengan sedikit "angkuh" tanpa toleh kanan kiri melajukan motornya. Seakan sudah membeli "bali" lalu seenaknya sendiri.

TUAN RUMAH YANG TERHORMAT

Ciptakan Bali ramah untuk semua, jadikan orang Bali sebagai tuan rumah dengan bersahaja melayani para tamunya untuk mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dengan menjunjung tinggi kearifan lokal serta budaya nusantara.

Ubah mindset tamu harus tunduk kepada tuan rumah, semakin ketat justru semakin bermartabat. Seperti seorang gadis yang menjaga perilakunya agar tidak disebut "murahan" 

Tuan rumah yang beraturan dan punya aturan, sehingga tamu wajib mengikuti aturan, seperti menonton bioskop hanya bisa masuk yang membawa tiket serta bersedia mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku.

Tuan rumah tetap bisa melakonkan diri sebagai tuan rumah yang baik dengan tetap menghormati tamunya sesuai dengan batas kewajaran dan kesanggupan, tanpa mengorbankan diri dan tidak usah merendahkan diri. Tuan rumah sebagaimana artinya adalah pemilik rumah mengatur seluruh penghuninya agar bisa saling rukun dan guyup, tanpa membedakan dalam makna memanjakan dan mengecilkan yang lain. 

Orang yang terhormat selalu mampu memberi penghormatan kepada semua orang, tuan rumah terhormat akan menjaga kehormatan tamunya.

INDONESIAKAN BALI

Pernyataan Indonesiakan Bali sepertinya konyol, memang Bali belum (bukan) Indonesia? tahan dulu sabar sabar dan tarik napas simpan sebentar lalu hembuskan sekencang kencangnya, pasti sudah hilang dag dig dugnya. 

Bagian dari Indonesia, bukan Indonesia bagian dari Bali. Ada norma daerah, kebudayaan dan adat istiadat yang ditetapkan nenek moyang haruslah dirawat dan dijunjung tinggi. Lalu jangan sekali-kali lupa melirik ke sudut nusantara ada budaya lain yang juga memiliki kearifan lokal. Bali petanya bagian dari nusantara.

Melalui pariwisata turis Bali perlu di-Indonesia-kan, agar menyerap dan memahami apa yang dirasakan orang Indonesia dengan tingkah ulahnya.

Indonesiakan Bali, Bali adalah kita, Bali adalah milik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun