Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ayah! Ayo Terobos Saja Lampu Merah

4 Oktober 2022   13:06 Diperbarui: 4 Oktober 2022   13:08 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pagi hari di lampu merah ketika  mengantarkan anak (Sumber Gambar : Hamim Thohari Majdi)

Bisikan anak-anak tidak cukup hanya ketika di jalanan, lebih menggoda lagi ketika antri karena lampu lalu lintas posisi merah, artinya pengendara harus berhenti, tidak boleh jalan terus. "terus saja ayah" begitulah sang buah hati mengiba kepada orang tuanya.

Ayah bunda harus sadar, mengapa anak-anak meminta tetap menerobos jalan di saat lampu merah menyala ? bukan semata-mata ingin segera sampai di sekolah, tetapi ada hal yang dilupakan orang tua yaitu "cara ayah atau bunda mengendarai motor atau mobil dengan gesit dan melangit saat kepepet (keternatasan) waktu mengantar mereka ke sekolah"

Ingatkah ayah bunda, menerobos lampu merah karena mengikut kendaraan di depan, jalanan sepi, atau tidak ada pak  polisi yang sedang berjaga. Waktu itu anak-anak sudah protes "kata bapak ibu guru, kalau lampu merah harus berhenti, tidak boleh menerobos", ayah bunda mungkin tidak merespon atau dalam hati berguman "diam, yang penting tidak terlambat datang di sekolah"

Pola asuh berkendara orang tua saat bersama anak-anak inilah yang terekam di memori mereka, bagaimana mengambil peluang, menambah kecepatan, berhenti mendadak dan lainnya. Termasuk kepatuhan dalam berlalu lintas  hanya ketika ada pak polisi.  

SEIN KANAN BELOK KIRI

Hadirnya motor metic membuat mudah dan sederhana mengendarai motor, emak-emak atau anak-anak terbiasa bersliweran di jalan dengan mengendarai motor. Ada fenomena menarik akhir -akhir ini terjadi yaitu sein kanan belok kiri atau sebaliknya sein kiri belok kanan.

Mengapa bisa terjadi hal di atas ? di antaranya adalah cara menekan tombol untuk sein, karena terlalu semangat dan penuh kehatian-hatian, maksudnya sein ke kiri tetapi tombol di arahkan ke kanan. Bisa jadi sein tidak dimatikan atau diposisikan netral setelah belok.

Emak-emak  begitu santai, merasa benar apa yang dilakukan, padahal bisa menghambat kelancaran lalu lintas. Dan ternyata kasus serupa juga dilakukan oleh kaum laki-laki, anak-anak atau yang lain dalam tingkat kesadaran masing-masing.

berkendara seakan-akan melupakan keselamatan yang diutamakan adalah ketepatan dan kecepatan, kepuasan pengendara masa kini adalah bisa mendahului pengendara lain dan bisa menguasai jalan. Ups.. mau belok pun tidak lagi menoleh di belakang adakah kendaraan lain atau nyeberang tanpa menyalakan sein cukup dengan kepala menoleh atau tanda tangan  (tangannya dijulurkan)

AGAR TIDAK TERLAMBAT

Ayah bunda, hal penting untuk menanamkan kesadaran tertib berlalu lintas, adalah dimulai dari ayah bunda sendiri, utamanya ketika berkendara dengan buah hati, dalam perjalanan ke manapun haruslah mematuhi rambu-rambu jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun