Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Jangan Sok Tahu Menjadi Orangtua

14 Agustus 2022   05:49 Diperbarui: 14 Agustus 2022   07:07 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila mau diperhatikan secara seksama, dalam pergaulan anak dan tingkah lakunya, di situlah akan didapati bagaimana cara orang tua mengasuhnya, menggunakan model atau jenis pengasuhannya.

Dalam sebuah lomba yang dilakukan di sekolah, didapati anak-anak yang langsung respon dengan perintah panitia atau juri, dan biasanya menyisakan ada anak yang tidak paham intruksi, atau paham tetapi tidak tahu caranya, bagaimana harus memulai. Anak ini hanya bengong, tidak segera mulai, bahkan teman yang lain sudah sampai di finish , anak ini tetap diam di tempat.

Anak yang diasuh orang tua  dengan pola semau gue, mebuat anak tidak mampu mendaya gunakan akal untuk berpikir kreatif dan melakukan inovasi. Bahkan anak ini cenderung pasif dan tidak mau melakukan lebih dari apa yang seharusnya dia bisa.

Orang tua selalu mengukur dan menurutkan apa yang dimau, bukan memperhatikan kemampuan dan kemaun anaknya. "kamu harus menulis dua halaman", "kamu harus menimba air sepuluh bak", "kalau tidak bisa, pukulan hadiahnya".

Ketika anak melakukan tidak sesuai yang diharapkan, misal menolak perintah, maka anak akan dikata-katai dengan hinaan dan perendahan harga dirinya, "ini kan mudah, begini saja tidak bisa". "tahu tidak ini, begini cara mengerjakannya"

Tidak ada kata ampun, bagi orang tua yang sok tahu dan semaunya sendiri, lebih sering bahkan lebih suka memberi hukuman dari pada hadiah. Dengan menghukum, orang tua ini merasa hebat dan berkuasa. Mengapa tidak mau memuji anak ?, mereka berprasangka bila diberi puji, walau sedikit saja akan merasa besar kepala.

MISKIN KOMUNIKASI

Sangat miskin konfirmasi, bagi orang tua yang semau gue. Anak tidak memiliki hak untuk membela diri atau menjelaskan setiap hal atau tindakan yang bertentangan dengan orang tuanya. Ketika anak hendak mendiskripsikan apa yang dilakukan orang tua selalu bilang "banyak alasan", "sana kerjakan"

Komunikasi tidak berlaku bagi orang tua yang semaunya sendiri, baginya hak bicara hanya milik orang tua, sedangkan anak hanya memiliki hak mendengarkan. Orang  tua model ini tidak memahami komunikasi non verbal. Harusnya orang tua tahu mengapa sang anak hanya diam aja, menggerutu, menjauh agar tidak diperintah dan sering merenung dan bicara sendiri.

Orang tua beranggapan, bila kran kebebasan bicara dibuka, maka anak akan selalu protes dan tidak akan mentaatinya. Dikhawatirkan anak akan berani melawan.

Padahal dengan melancarkan alur komunikasi dengan kejelasan isi pesan, membuat hubungan orang tua dan anak  sangat indah dan harmonis, terlimpah kesejahteraan dan keromantisian. Namun orang tua yang semau gue tidak mengerti akan hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun