Mohon tunggu...
HAMID PATILIMA
HAMID PATILIMA Mohon Tunggu... Dosen

Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Akhir Ramadan: Refleksi, Hak Anak, dan Ibadah yang Bermakna

30 Maret 2025   07:38 Diperbarui: 30 Maret 2025   07:38 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebersamaan Keluarga Muslim Indonesia di Akhir Ramadan (Kreasi: AI) 

Ramadan telah hampir berlalu. Bagi anak-anak yang baru mengenal puasa, bulan ini penuh dengan cerita—dari semangat mencoba hingga tantangan yang dihadapi. Namun, apakah kita sudah memastikan bahwa perjalanan spiritual ini memberikan kebahagiaan bagi mereka, tanpa mengorbankan hak dan kesehatannya? Apakah anak-anak menjalani puasa dengan penuh kesadaran dan kenyamanan, atau justru dalam keterpaksaan?

Sebagai individu yang masih dalam tahap perkembangan, anak-anak membutuhkan pendekatan yang bijaksana dalam mengenalkan ibadah puasa. Islam sendiri tidak mewajibkan anak untuk berpuasa hingga mencapai usia baligh. Hal ini sejalan dengan hadis Rasulullah ﷺ: “Pena diangkat dari tiga golongan: orang gila sampai dia sadar, orang tidur sampai dia bangun, dan anak kecil sampai dia baligh.” (HR. Abu Dawud). Oleh karena itu, orang tua dan pendidik memiliki peran penting dalam membimbing mereka agar memahami makna puasa tanpa adanya pemaksaan yang dapat berdampak pada kesehatan fisik maupun mental mereka.

Memahami Hak Anak dalam Konteks Ramadan

Menurut Konvensi Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB, 1989), setiap anak berhak untuk tumbuh dalam lingkungan yang mendukung kesejahteraan mereka, termasuk dalam aspek keagamaan. Dalam konteks Ramadan, hak ini harus diimplementasikan dengan pendekatan yang memperhatikan kondisi kesehatan anak. Pendekatan bertahap, seperti puasa setengah hari atau puasa dengan jeda, dapat menjadi alternatif yang lebih sehat bagi mereka yang baru belajar berpuasa.

Sebuah studi dari Kementerian Kesehatan Indonesia (2022) menemukan bahwa anak-anak yang menjalankan puasa bertahap lebih mampu beradaptasi secara fisik dan psikologis dibandingkan mereka yang langsung menjalankan puasa penuh. Penelitian lain dari Journal of Child Nutrition & Health (2021) menunjukkan bahwa anak-anak yang dipaksa berpuasa penuh sebelum usia pubertas memiliki risiko lebih tinggi mengalami hipoglikemia dan dehidrasi.

Di beberapa negara dengan populasi Muslim yang besar, seperti Malaysia dan Turki, kebijakan pendidikan agama di sekolah menekankan metode pengenalan puasa yang ramah anak. Misalnya, di Malaysia, sekolah-sekolah menyediakan program edukasi berbasis pengalaman yang mengajarkan anak tentang ibadah puasa tanpa tekanan (Ahmad & Hassan, 2020). Hal ini bisa menjadi contoh bagi Indonesia dalam mengembangkan strategi pendidikan Ramadan yang lebih inklusif bagi anak-anak.

Menjaga Kesehatan Anak Selama Berpuasa

Bagi anak-anak yang mulai belajar berpuasa, menjaga asupan nutrisi dan hidrasi menjadi hal yang sangat penting. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2023) menekankan bahwa kebutuhan nutrisi anak harus tetap terpenuhi agar tidak menghambat pertumbuhan mereka. Oleh karena itu, orang tua perlu memastikan bahwa makanan sahur dan berbuka kaya akan zat gizi penting, seperti protein, karbohidrat kompleks, vitamin, dan mineral. Selain itu, menjaga kecukupan cairan untuk mencegah dehidrasi menjadi faktor utama dalam mendukung anak agar tetap sehat dan aktif selama berpuasa.

Menurut data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2023), konsumsi air putih yang cukup dan pemenuhan gizi seimbang berperan besar dalam menjaga daya tahan tubuh anak selama bulan puasa. Sebuah penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2023) menemukan bahwa anak-anak yang mengonsumsi makanan bergizi lengkap saat sahur memiliki energi yang lebih stabil sepanjang hari dibandingkan mereka yang mengonsumsi makanan tinggi gula dan rendah protein.

Kisah Nyata: Perjalanan Puasa Anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun