Mohon tunggu...
Hamdanul Fain
Hamdanul Fain Mohon Tunggu... Penulis - Antropologi dan Biologi

Membuat tulisan ringan. Orang Lombok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Kemarau Merangkul Hujan

24 Januari 2021   08:45 Diperbarui: 24 Januari 2021   09:12 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com (waterloolibrary) via tribunnews.com

I
Kemarau enggan pergi
Hujan enggan datang
Mereka sedang berkelahi

Manusia merasa korban
Ramai-ramai memaki
Ramai-ramai menangis
Ada juga ramai-ramai berdoa

Kemarau tersinggung
Hujan pun merasa risih
Mereka akur kembali

Dan kemarau merangkul hujan
Hujan di atas
Kemarau di bawah
Lahirlah dari rahim mereka
Banjir dan longsor

II
Anak-anak menanam
Yang merasa dewasa menebang
Si miskin secukupnya memungut
Yang kaya sepuasnya mengeruk

Ramai-ramai mencaci cuaca
Ramai-ramai memaki gelombang
Keserakahan dilupakan

Kemarau pun merangkul hujan
Hujan di atas
Kemarau di bawah
Menetaskan banjir

III
Ketika kemarau merangkul hujan
Hutan pergi menjadi buruh migran
Disurati asap tak hendak pulang
Betah di negeri orang
Tak kerasan di negeri sendiri
Dibayar mahal di seberang

IV
Plastik dibuang ke sungai
Sisa pampers dilempar ke kali
Selokan tersumbat
Laut berserakan sampah
Terjebak di perut ikan
Kita santap lagi plastik-plastik
Kristal-kristalnya merobek sel-sel tubuh

Diberi saran, dinding kayu digebuk
Lain kali kepalamu ditabuh

Ketika itu, kemarau kembali merangkul hujan
Mereka risau, dan menggelontorkan debit air melimpah
Air mata pun tumpah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun