Mohon tunggu...
Hamdanul Fain
Hamdanul Fain Mohon Tunggu... Penulis - Antropologi dan Biologi

Membuat tulisan ringan. Orang Lombok.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Bu Ndut

17 Agustus 2019   14:25 Diperbarui: 17 Agustus 2019   14:33 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: zonadamai.com


Kesal, marah, dan sedih berputar mirip puting beliung melahap pikirannya. Dia wanita terhormat yang kerap disapa "bu ndut"  oleh bawahan dan koleganya. Terpuruk hebat setelah kekalahannya dalam pemilihan di negara Republik Rakyat Cilik (RRC).

Tiap kali diundang ke istana, ia tak pernah tampak. Tak tau mengapa, mungkin kekesalannya belumlah luntur. Sampai dua periode pun, ia tak sekalipun menyetorkan batang hidungnya ke istana.

Sepuluh tahun dihabiskan dengan nyinyir dan nyindir. Kalau itu semua dicatat tentulah menjadi buku yang memusingkan kepala dan melelahkan mata.

Dia memang hebat. Sepuluh tahun tidak hanya nyinyir dan nyindir. Itu hanya kulit luarnya saja. Di bawah arus, ia dan koleganya merancang taktik. Pelan tapi pasti. Dukungan orang-orang yang disisipkan di pemerintahan membuahkan hasil.

Lima tahun kemudian kemenangan digenggaman. Tidak mau dilepas. Tidak mau dilepas. Dan tidak mau dilepas. Lima tahun berikutnya dia menang besar. Lawan politiknya dulu, redup seredupnya. Dipecundangi dua kali tanpa sadar dirinya diobok-obok tanpa perlu disentuh dengan jari.

Bu ndut yang dulu tampak galak dan galau, berubah jadi manis dan manja. Tidak malu-malu menunjukkan keserakahannya di depan umum sekalipun. Dengan semangat dan mulai banyak berkelakar. Tiba-tiba berubah jadi humoris.

Tidak sampai disitu. Bu ndut masih ambisius. Dia tidak tergantikan dan tidak berani digantikan. Kemarahannya bisa menggelegar kalau begitu.

Tapi bu ndut tidak tahu. Setelah dua puluh tahun berlalu. Sepuluh tahun berikutnya, ia dan anak buahnya apes gulung sedikit tikar. Rencana-rencana oligopoli bersama koleganya gagal kali itu. Karena hari esok tidak dapat ditebak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun