simple aja itu!"
"Ah,Mungkin kalimat ini terlontar dari mulut kita sewaktu ditantang untuk melakukan suatu kegiatan yang sudah biasa kita lakukan, seperti menulis, membaca, berjalan, memasak (bagi yang hobi memasak), berenang (bagi yang bisa berenang), dan lain sebagainya.
Namun tidak sama dengan "simple" yang satu ini. "Simple" yang ini adalah hal yang terlihat sederhana, tapi sewaktu mau terjun dalam praktik, membuat pusing kepala beberapa warga.
Selama dua puluh tahun lebih, saya mendapati pengalaman unik perihal mengajar bahasa Inggris kepada peserta didik dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi.Â
Yang selalu menjadi persoalan besar adalah kebanyakan materi pelajaran di sekolah berkutat pada tata bahasa dan minim percakapan (conversation). Semoga akan ada perubahan di tahun ajaran baru perihal pembelajaran bahasa Inggris, khususnya di tingkat pendidikan dasar dan menengah.
Salah tiga di antara yang "simple-simple" itu adalah Simple Present Tense, Simple Past Tense, dan Simple Future Tense.
Namun dalam tulisan ini, kita hanya akan membahas tentang "simple" yang sangat lekat dengan keseharian kita, yaitu Simple Present Tense.Â
Mengapa Simple Present Tense menjadi pilihan yang dibahas?
Karena sesuai dengan fungsinya, Simple Present Tense (untuk selanjutnya kita menggunakan singkatan SPT untuk menyebutnya) digunakan untuk menyatakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang atau merupakan kebiasaan yang terjadi di masa kini (present).
Oleh karena itu, bentuk waktu yang satu ini tidak asing lagi di benak peserta didik yang mungkin sudah bosan "menelannya" dari SD sampai SMA, seperti menenggak obat yang diminum tiga kali sehari selama bertahun-tahun.
Sayangnya, meskipun SPT sudah diperkenalkan sejak duduk di bangku SD, beberapa murid les yang sudah bercokol di kelas XII SMA tidak mengetahui apa itu SPT dan bagaimana penerapannya di dalam berbahasa Inggris.
Fatal? Tentu saja. Karena untuk menyatakan suatu kalimat, kita harus mengucapkan atau menuliskan sesuai dengan bentuk waktunya, entah itu di bentuk waktu lampau (past), masa kini (present), atau mendatang (future).
Dalam hal lisan, asal sang penerima pesan atau yang diajak bicara mengerti kalimat acakadut yang diucapkan si pelontar pesan, tidak akan menjadi masalah (kecuali di dalam dunia kerja yang membutuhkan profesionalitas dalam berkomunikasi).
Namun dalam segi tulisan, salah dalam merangkai kata dan menyusun kalimat, bakal berabe dalam pemandangan khalayak ramai.
Apalagi kalau yang berbuat salah itu guru bahasa Inggris atau yang mengaku mahir berbahasa Inggris. Malunya itu lho!
Untuk itu, ada 3 (tiga) masukan dari saya terkait penguasaan SPT (untuk mengetahui teori SPT secara mendalam, saya akan menuliskannya di artikel terpisah).
Tiga masukan tentang SPT ini adalah:
1. Pahami "Sentence Pattern" terlebih dahulu
Sentence Pattern. Pola kalimat. Ini yang harus dicermati oleh siapa pun yang ingin belajar bahasa Inggris, karena pola kalimat bahasa Inggris sangat berbeda jauh dengan pola kalimat bahasa Indonesia.
Yang paling menjadi kendala terbesar dari pemahaman SPT adalah akhiran -s/es yang melekat pada kata kerja (verb) apabila subjek (subject) yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga tunggal (third person singular - personal pronoun) di dalam kalimat pernyataan (positive).
Contohnya:
He eats three bananas after lunch
She drives a car to her office every morning
Jack goes to bed at ten every night
Susan studies English on Monday and Wednesday
etc
Tentu saja, tidak semua kata kerja mendapat akhiran -s/es, karena harus melihat kata ganti orang (Personal Pronoun) yang menjadi awal dari suatu kalimat.
Apabila personal pronouns-nya di luar dari kata ganti orang ketiga tunggal (he, she, it, atau nama seseorang), maka kata kerja dasar tanpa akhiran yang digunakan.
Misalnya:
I eat five bananas after lunch
They drive cars to the office every morning
We go to bed at ten every night
Julia and Bob study English on Monday and Wednesday
etc
Sayangnya, karena rendahnya tingkat minat baca dan tulis di negeri +62, pola kalimat bahasa Inggris masih banyak yang tidak diketahui oleh kebanyakan warga, padahal sudah pernah mendapat informasi tentang ini di pendidikan formal.
"Sentence Pattern" sudah seharusnya dikuasai dan dengan adanya era informasi teknologi yang semakin masif, kita bisa belajar dari mana saja dan kapan saja.
Tentu saja, untuk mengajarkan pola kalimat yang menjadi "langganan" untuk dibahas yaitu kalimat pernyataan (positive (+)), kalimat menyangkal (negative (-)), dan kalimat pertanyaan (interrogative (?)) tidak bisa sembarangan.
Usia peserta didik menentukan saat yang tepat untuk mempelajarinya.
Yang saya herankan, kebanyakan buku pelajaran sudah mengajarkan perihal kalimat positive, negative, dan interrogative ini di tingkat Sekolah Dasar. Bukan saja dalam tema Simple Present Tense, tapi juga untuk tema-tema yang lain, seperti Present Continuous Tense, Simple Past Tense, Simple Future Tense, dan lain sebagainya.
Ini beberapa contoh kalimat positive, negative, dan interrogative dalam Simple Present Tense.
(+) I go to school everyday
(-) I do not go to school everyday
(?) Do I go to school everyday?
(+) He goes to school everyday
(-) He does not go to school everyday
(?) Does he go to school everyday?
(+) They cook fried chicken in the morning
(-) They don't cook fried chicken in the morning
(?) Do they cook fried chicken in the morning?
(+) She cooks fried chicken in the morning
(-) She doesn't cook fried chicken in the morning
(+) Does she cook fried chicken in the morning?
Apakah Anda bisa membayangkan bagaimana keadaan peserta didik di tingkat Sekolah Dasar dalam menghadapi materi ajar seperti di atas?
Saya tidak perlu membayangkan, karena selama lebih dari 20 tahun berkecimpung dalam mengajar bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Saya sudah mengalami, secara nyata di depan mata, kesan pusing yang dialami peserta didik yang masih berusia dini.Â
Mudah-mudahan, pihak pemerintah dapat merancang kurikulum pendidikan bahasa Inggris untuk tingkat Sekolah Dasar secara tepat, karena tahun ajaran baru tidak lama lagi akan dimulai sekitar awal bulan Juli 2021 mendatang.
Kiranya Bahasa Inggris tidak selalu dikesampingkan karena belajar bahasa asing, apapun bahasanya, akan lebih baik diajarkan sejak usia dini.
2. Terapkan penggunaan "Adverb of Time" dengan baik
Adverb of Time. Keterangan waktu. Ini yang terkadang menjadi masalah bagi kebanyakan peserta didik dan murid les saya, dikarenakan mereka sukar memahami penggunaan kata keterangan waktu atau dalam bahasa Inggris disebut Adverb of Time.
Kenapa bisa menjadi kendala?
Karena seperti yang pernah saya singgung di tulisan-tulisan saya sebelumnya, perbedaan aturan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris sangatlah jauh adanya.Â
Kalau di bahasa Indonesia, tidak ada perubahan yang mencolok dalam penggunaan kata, khususnya kata kerja, meskipun kata keterangan waktunya berbeda.
Contoh:
Saya pergi ke sekolah setiap hari
Saya pergi ke sekolah kemarin
Saya akan pergi ke sekolah besok
Apabila kita menuliskan tiga kalimat di atas dalam bahasa Inggris, maka akan menjadi:
I go to school everyday
I went to school yesterday
I will go to school tomorrow
Seperti Anda lihat, ada perbedaan yang mencolok antara bahasa Indonesia dan Inggris. Pengaruh kata keterangan waktu sangat menentukan pola kalimat dalam bahasa Inggris.
Untuk SPT sendiri, selain everyday, "Adverb of Time" yang bisa digunakan adalah every week, every month, every year, on Sunday, on Tuesday, dan lain sebagainya.
Terapkan penggunaan "adverb of time" dengan baik, khususnya dalam hal menulis, supaya tidak ada kesalahpahaman.
3. Perbanyak praktik lewat lisan dan tulisan
Terlalu banyak teori dan miskin praktik.
Menurut pengamatan saya selama dua puluh tahun lebih sebagai guru bahasa Inggris, blueprint dari kurikulum pendidikan bahasa Inggris di jenjang pendidikan dasar dan menengah hanya "terkesan" indah di atas kertas, namun tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Lebih banyak teori dan tugas-tugas tertulis yang minim kreativitas yang mendominasi dalam proses belajar mengajar. Kenapa bisa seperti itu? Karena ulangan harian dan evaluasi akhir semester terbatas hanya pada tes tertulis yang berkutat dengan teori seperti ritual kebiasaan selama bertahun-tahun.
Praktik harus diperbanyak, khususnya lewat lisan. Latihan percakapan dalam bahasa Inggris harus ada, karena fungsi dasar dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Membiasakan peserta didik dalam berbicara bahasa Inggris adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi. Demikian juga dalam menulis, supaya pembaca bisa mengerti pesan yang terkandung di dalam tulisan tersebut.
Ujian lisan perlu diadakan, supaya hasil praktik bisa dievaluasi.
Ujian tulis jangan hanya sebatas pilihan ganda, tapi juga menyediakan "tantangan" menulis secara kreatif, semisal menulis puisi dan esai.
Untuk praktik yang bisa dilakukan, saya akan membahasnya di tulisan terpisah, karena kalau dibahas di sini, akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit, dan tulisan akan menjadi lebih panjang kali lebar.
Yang jelas, jangan hanya teori, tapi harus diimbangi dengan praktik secara nyata.
Memang "Simple" tidak sederhanaÂ
"Simple" tidak sederhana. Tergantung cara kita melihat dan melakukannya.
Dalam bahasa Inggris, terbukti hal-hal yang berawalan "simple" masih menjadi kendala, karena berhubungan dengan tata bahasa, bagaimana menggunakan bahasa Inggris secara benar dan tepat.
Untuk "Simple Present Tense" dan simple-simple yang lain akan saya bahas di tulisan-tulisan terpisah kelak.
Yang pasti, sesuatu yang "simple" tidak boleh diremehkan begitu saja, namun juga tidak boleh diabaikan. Pasrah dan menyerah mempelajarinya jangan sampai terjadi.
Tetap semangat belajar, selalu ada jalan keluar. Apapun yang dikerjakan pasti akan membuahkan hasil.
Salam Kompasiana
Referensi:
Sumber 1: "Present simple", Artikel diakses dari learnenglish.britishcouncil.org
Sumber 2: "Simple Present Tense", Artikel diakses dari www.ef.co.idÂ