Program Guru Penggerak (PGP) resmi dihentikan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Nomor 14/M/2025 tanggal 18 Maret 2025. Dilansir dari netralnews.com, program unggulan Nadiem Makarim ini akan digantikan dengan program lain yang merupakan penyempurnaan dari Program Guru Penggerak itu sendiri.
Keputusan Mendikdasmen untuk mengakhiri Program Guru Penggerak mungkin telah menutup sebuah lembaran kebijakan, tetapi tidak serta-merta memadamkan semangat para guru yang telah terlibat di dalamnya (alumni Program Pendidikan Guru Penggerak). Di berbagai penjuru negeri, guru-guru yang telah terlanjur menyalakan transformasi dari program ini tetap akan  melangkah, tetap bergerak, tetap menggugah perubahan di ruang-ruang kelas.
Perlu disadari bahwa hanya programnya yang berhenti, bukan gerakan gurunya yang harus turut berhenti, bukan? Sebab pada akhirnya, yang disebut penggerak bukanlah sebatas label pada suatu program, melainkan sebuah kesadaran bahwa guru harus terus belajar, bertumbuh, dan menginspirasi. Apa pun programnya, mau dihentikan, diganti, disempurnakan, tekad menjadi seorang penggerak harusnya tidak terpaku pada suatu titik jenis program saja.
Saya sendiri adalah bagian dari Angkatan 9 Guru Penggerak, yang menjalani proses pendidikan dari Agustus 2023 hingga April 2024. Selama sembilan bulan itu, saya merasakan bagaimana program ini mengubah cara pandang terhadap peran guru di kelas, di sekolah, dan di komunitas. Program ini bukan sekadar pelatihan tetapi adalah perjalanan transformasi diri.
Sebuah Gerakan vs Sebuah Program
Diluncurkan sejak tahun 2020 sebagai bagian dari Merdeka Belajar, Program Guru Penggerak hadir bukan hanya untuk memberikan pelatihan, tetapi untuk membentuk karakter guru sebagai pemimpin pembelajaran.Â
Dalam praktiknya, guru tidak lagi sekadar menjadi pelaksana kurikulum, melainkan inisiator perubahan. Di banyak sekolah, para Guru Penggerak menjadi pemantik budaya reflektif dan ekosistem pendidikan yang lebih sehat.
Banyak di antara kami yang sebelumnya ragu untuk berbicara di forum guru kini berani memimpin rapat sekolah, membuka ruang diskusi, bahkan memengaruhi kebijakan internal satuan pendidikan. Program ini membekas, bukan hanya di dalam kepala, tetapi juga pada cara kerja. Maka, ketika kabar penutupan program ini diumumkan, tidak sedikit yang terkejut, terutama para alumni PPGP.Â
Saya dan kawan-kawan guru sudah bergerak jauh-jauh hari sebelum Program Guru Penggerak diluncurkan. Jadi, ketika program PGP harus dihapuskan, jiwa bergerak tidak semudah itu terhapus begitu saja.
Gerakan, dalam sejarah apa pun, selalu lahir dari kesadaran diri seseorang, bukan dari struktur atau program. Begitu pula gerakan para guru di Indonesia. Sekalipun Program Guru penggerak dihentikan, semangat yang telah tumbuh tak bisa begitu saja dilenyapkan.Â
Guru-guru penggerak akan tetap ada, dengan atau tanpa sebutan resmi. Kami akan tetap akan belajar mandiri, berbagi praktik baik, berkolaborasi, dan menyuarakan pendidikan yang berpihak pada murid.