radikalisme memang tak boleh ada kata berhenti. Karena nyatanya, mereka terus berkamuflase, terus berinovasi menyesuaikan perkembangan zaman. Tidak hanya memanfaatkan kecanggihan teknologi, mereka juga terus mendompleng setiap peristiwa tertentu, untuk menyusupkan propaganda radikalisme. Tak terkecuali di tahun politik seperti sekarang ini. Kelompok alumni HTI, sebuah organisasi yang telah dibubarkan pemerintah, kembali muncul untuk mengelabuhi sekaligus mendapatkan simpati masyarakat.
Perang melawanRadikalisme terus menyesuaikan perkembangan zaman. Meski organisasi pengusung khilafah telah dibubarkan, namun para simpatisannya masih tetap ada dan terus melakukan modifikasi baru. Karena para simpatisannya ini juga telah menyebar dimana-mana. Ada di perusahaan, pabrik, lembaga pendidikan, kementerian, bahkan mungkin hingga keluarga terdekat kita.
Keberadaan mereka yang tak bisa terdeteksi tersebut, membuat upaya untuk melawan radikalisme penuh dengan tantangan. Mereka terus berupaya mewujudkan cita-citanya, untuk mendirikan negara khilafah di Indonesia. Tantangannya adalah, tidak sedikit dari para pengusung khilafah ini juga menjadi konten kreator, yang banyak digemari di media sosial. Pesan-pesan radikalisme mereka sisipkan, agar masyarakat mulai terpapar.
Karena itulah, menjadi penting bagi kita semua untuk terus mewaspadai, perubahan bentuk dan pola para pengusung khilafah dan radikalisme ini. Transformasi ini tak lain tak bukan adalah untuk menjadikan para generasi muda sebagai korban. Kelompok milenial dan generasi Z, disebuat sebagai kelompok yang banyak beratifitas di dunia maya. Mereka juga terus melakukan reduksi pemahaman, untuk mengelabuhi para generasi muda, agar bergabung dengan kelompok radikal tersebut.
Salah satu yang terus mereka propagandakan adalah gaya hidup hijrah. Pendekatan ke kalangan muda ini begitu soft, karena menyesuaikan dengan gaya hidup masyarakat saat ini. Tidak ada yang salah dengan konsep hijrah. Namun jika hijrahnya tersebut menuju ke pemahaman yang salah, tentu hal itu menjadi yang perlu disayangkan. Karena itulah, membekali diri dengan literasi di era modern ini menjadi sebuah keniscayaan yang tak bisa dihindari.
Kita harus jeli dengan setiap reinkarnasi dan kamuflasi para pengusung khilafah ini. Mari kita sadarkan agar mereka kembali ke jalan yang benar. Karena sejatinya kita dan mereka adalah sama. Hanya saja mereka salah dalam memahami ajaran agama, berujung seringnya melakukan perbuatan intoleran.
Beberapa waktu lalu, para pengusung khilafah menggelar acara Metamofroshow. It's Time to be One Ummah." Acara yang awalnya untuk peringatan Isra Miraj, ternyata izin yang diajukan ke polisi, tidak sesuai dengan implementasinya. Hal tersebut merupakan bentuk baru propaganda khilafah, yang harus kita waspada dan antisipasi bersama. Karena mereka cukup adaptif, maka kita semua juga harus cerdas dalam melakukan perlawanan terhadap semua bentuk propaganda radikalisme. Salam.