Yuk kita lanjut ke kisah Nabi Nuh AS. Ini juga kisah besar yang ada di kedua kitab --- dan walaupun ada beberapa kesamaan, perbedaan maknanya lumayan tajam. Kita kupas satu per satu.
1. Perintah Membangun Kapal
(QS. Hud: 37--38)
"Dan buatlah kapal dengan pengawasan dan wahyu dari-Ku...
Dan mulailah dia membuat kapal. Setiap kali para pemimpin kaumnya melewati dia, mereka mengejeknya..."
Al-Kitab (Kejadian 6:14--22)
"Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir... panjangnya 300 hasta, lebarnya 50 hasta, dan tingginya 30 hasta...
Nuh melakukan semuanya itu; seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya."
Perbandingan:
- Al-Kitab lebih detail teknis (ukuran bahtera).
- Al-Qur'an fokus pada proses dakwah dan hinaan kaumnya, menunjukkan ujian mental dan spiritual.
2. Reaksi Kaum Nuh
Al-Qur'an
(QS. Asy-Syu'ara: 105--115)
"Kaum Nuh telah mendustakan para rasul...
Nuh berkata: 'Sesungguhnya aku ini rasul yang terpercaya...
Aku tidak meminta imbalan apa pun...'
Mereka berkata: 'Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu hanyalah orang-orang rendahan?'"
Al-Kitab (Kejadian 6--7)
Tidak terlalu banyak menyebutkan reaksi kaum terhadap dakwah Nuh; fokus utama pada perintah dan pelaksanaan pembuatan kapal.
Perbandingan:
- Al-Qur'an menekankan penolakan dan arogansi sosial kaum Nuh terhadap dakwah.
- Al-Kitab cenderung langsung menuju tindakan Nuh, kurang menampilkan konteks dakwahnya.
3. Keluarga Nabi Nuh
Al-Qur'an
(QS. Hud: 42--43)
"...Nuh memanggil anaknya yang berada di tempat terpisah:
'Wahai anakku! Naiklah bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang kafir!'
Anaknya menjawab: 'Aku akan mencari perlindungan ke gunung...'
Nuh berkata: 'Tidak ada yang dapat melindungi dari azab Allah...'
Maka anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan."
Al-Kitab (Kejadian 7:1, 7)
"...masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu...
Lalu Nuh masuk ke dalam bahtera itu bersama-sama dengan anak-anaknya, isterinya dan isteri anak-anaknya..."
Perbandingan:
- Al-Qur'an: salah satu anak Nuh menolak beriman dan tenggelam --- menunjukkan bahwa keimanan bukan warisan, dan ujian bisa datang dari keluarga sendiri.
- Al-Kitab: semua keluarga Nuh diselamatkan, tak ada cerita penolakan dari anaknya.
4. Akhir Kisah dan Pelajaran
Al-Qur'an
(QS. Al-Qamar: 13--15)
"...Kami angkut dia (Nuh) di atas (kapal) yang terbuat dari papan dan paku...
Itu menjadi pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?"
Al-Kitab (Kejadian 9:8--17)
Allah membuat perjanjian dengan Nuh...
Pelangi menjadi tanda bahwa bumi tidak akan dihancurkan lagi dengan air bah.
Perbandingan:
- Al-Qur'an: penekanan pada ibrah (pelajaran) dan misi kerasulan.
- Al-Kitab: penekanan pada perjanjian dan simbol pelangi.
Kesimpulan Kisah Nabi Nuh:
Berikut ini kesimpulan kisah Nabi Nuh AS berdasarkan perbandingan antara Al-Qur’an dan Al-Kitab (Perjanjian Lama) secara naratif (non-tabel), agar bisa dibaca sebagai satu alur yang runut dan reflektif:
1. Peran dan Misi Nabi Nuh:
Dalam Al-Qur’an, Nabi Nuh AS adalah rasul pertama kepada umat manusia setelah terjadinya penyimpangan akidah. Ia diutus untuk menyeru kaumnya agar menyembah Allah semata dan meninggalkan penyembahan berhala. Dakwahnya berlangsung selama 950 tahun (QS. Al-‘Ankabut: 14), namun hanya segelintir orang yang mengikuti beliau.
Dalam Al-Kitab, Nuh adalah sosok yang benar dan saleh di tengah masyarakat yang bejat, namun tidak digambarkan sebagai nabi atau pemberi peringatan agama. Fokus utama adalah bahwa Nuh mendapatkan kasih karunia dari Tuhan karena kebaikannya (Kejadian 6:9), bukan karena misi dakwahnya.
Kesimpulan: Al-Qur’an mengangkat peran Nuh sebagai nabi dan da’i yang sabar dan gigih, sedangkan Al-Kitab menekankan kebaikan pribadi Nuh sebagai alasan ia diselamatkan.
2. Pembuatan Kapal dan Banjir Besar:
Dalam Al-Qur’an, perintah membuat kapal datang sebagai bentuk persiapan atas azab bagi kaum yang kafir. Nuh membuat kapal dengan petunjuk Allah sambil terus diejek kaumnya. Ketika banjir tiba, ia membawa orang-orang beriman dan sepasang dari setiap jenis makhluk.
Dalam Al-Kitab, Nuh diperintahkan untuk membangun bahtera dengan ukuran sangat spesifik (Kejadian 6:14–16), dan ia memuat keluarganya serta sepasang dari tiap jenis binatang. Tidak disebutkan upaya dakwah atau adanya umat yang ikut.
Kesimpulan: Al-Qur’an menyoroti aspek dakwah, kesabaran, dan dialog spiritual, sedangkan Al-Kitab menekankan teknis bahtera dan sisi historisnya, seperti narasi dokumenter.
3. Keluarga Nabi Nuh:
Dalam Al-Qur’an, salah satu anak Nabi Nuh kafir dan menolak naik ke kapal. Ia tenggelam karena tidak taat. Allah menegaskan bahwa anak tersebut bukan termasuk keluarganya dalam hal iman (QS. Hud: 42–46). Ini menjadi pelajaran bahwa keselamatan tergantung iman, bukan hubungan darah.
Dalam Al-Kitab, semua anak-anak Nuh selamat, yaitu Sem, Ham, dan Yafet, bersama istri-istri mereka (Kejadian 7:13). Tidak ada narasi tentang salah satu anak yang menolak beriman.
Kesimpulan: Al-Qur’an memberikan pelajaran spiritual dan moral yang kuat — bahwa iman tidak bisa diwariskan. Al-Kitab tidak menyampaikan pesan ini dan menekankan keselamatan secara keluarga.
4. Setelah Banjir:
Dalam Al-Qur’an, kisah berakhir dengan penyelematan orang beriman, dan bumi menjadi bersih dari kaum yang zalim. Tidak ada cerita negatif tentang Nuh setelah itu, dan beliau disebut dengan penuh kemuliaan di banyak surat.
Dalam Al-Kitab, setelah banjir, Nuh menjadi petani, menanam anggur, dan mabuk (Kejadian 9:20–21). Dalam kondisi mabuk dan telanjang, anaknya Ham melihatnya, dan kemudian Ham dikutuk. Ini adalah bagian yang menuai kritik moral.
Kesimpulan: Al-Qur’an menjaga kehormatan kenabian Nuh, sedangkan Al-Kitab memuat kisah yang berpotensi merusak citra kenabian.
Penutup:
Kisah Nabi Nuh AS dalam Al-Qur’an adalah kisah dakwah panjang, kesabaran luar biasa, ujian keluarga, dan kemuliaan akhlak nabi.
Sedangkan dalam Al-Kitab, kisah Nuh lebih seperti narasi sejarah purba, dengan tekanan pada keselamatan fisik dan sisi teknis peristiwa, tanpa banyak dimensi spiritual.
Kesimpulan utama:
Al-Qur’an menyampaikan kisah Nabi Nuh dengan pesan moral, tauhid, dan keteladanan spiritual yang kuat, sedangkan Al-Kitab lebih bersifat naratif historis yang kurang fokus pada pesan akidah.
Jelas kan, bahwa Al-Qur'an tidak menjiplak, tapi menyampaikan versi yang khas dan lebih kuat nuansa dakwah serta pelajaran moral-spiritualnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI