Dalam Al-Qur’an, Nabi Nuh AS adalah rasul pertama kepada umat manusia setelah terjadinya penyimpangan akidah. Ia diutus untuk menyeru kaumnya agar menyembah Allah semata dan meninggalkan penyembahan berhala. Dakwahnya berlangsung selama 950 tahun (QS. Al-‘Ankabut: 14), namun hanya segelintir orang yang mengikuti beliau.
Dalam Al-Kitab, Nuh adalah sosok yang benar dan saleh di tengah masyarakat yang bejat, namun tidak digambarkan sebagai nabi atau pemberi peringatan agama. Fokus utama adalah bahwa Nuh mendapatkan kasih karunia dari Tuhan karena kebaikannya (Kejadian 6:9), bukan karena misi dakwahnya.
Kesimpulan: Al-Qur’an mengangkat peran Nuh sebagai nabi dan da’i yang sabar dan gigih, sedangkan Al-Kitab menekankan kebaikan pribadi Nuh sebagai alasan ia diselamatkan.
2. Pembuatan Kapal dan Banjir Besar:
Dalam Al-Qur’an, perintah membuat kapal datang sebagai bentuk persiapan atas azab bagi kaum yang kafir. Nuh membuat kapal dengan petunjuk Allah sambil terus diejek kaumnya. Ketika banjir tiba, ia membawa orang-orang beriman dan sepasang dari setiap jenis makhluk.
Dalam Al-Kitab, Nuh diperintahkan untuk membangun bahtera dengan ukuran sangat spesifik (Kejadian 6:14–16), dan ia memuat keluarganya serta sepasang dari tiap jenis binatang. Tidak disebutkan upaya dakwah atau adanya umat yang ikut.
Kesimpulan: Al-Qur’an menyoroti aspek dakwah, kesabaran, dan dialog spiritual, sedangkan Al-Kitab menekankan teknis bahtera dan sisi historisnya, seperti narasi dokumenter.
3. Keluarga Nabi Nuh:
Dalam Al-Qur’an, salah satu anak Nabi Nuh kafir dan menolak naik ke kapal. Ia tenggelam karena tidak taat. Allah menegaskan bahwa anak tersebut bukan termasuk keluarganya dalam hal iman (QS. Hud: 42–46). Ini menjadi pelajaran bahwa keselamatan tergantung iman, bukan hubungan darah.
Dalam Al-Kitab, semua anak-anak Nuh selamat, yaitu Sem, Ham, dan Yafet, bersama istri-istri mereka (Kejadian 7:13). Tidak ada narasi tentang salah satu anak yang menolak beriman.
Kesimpulan: Al-Qur’an memberikan pelajaran spiritual dan moral yang kuat — bahwa iman tidak bisa diwariskan. Al-Kitab tidak menyampaikan pesan ini dan menekankan keselamatan secara keluarga.