3. Dakwah dan Pengikut Nabi Isa:
Al-Qur’an menegaskan bahwa Isa diutus untuk kaum Bani Israil, dan memiliki Hawariyyun (murid-murid setia) yang mengaku beriman dan mendukungnya sebagai nabi Allah.
(QS. Ali Imran: 52–53, As-Saff: 14)
Al-Kitab juga menyebut Yesus berdakwah kepada Bani Israil, tapi kemudian pengikutnya menyebarkan ajaran ke luar Yahudi melalui Paulus. Ini yang menjadi awal mula Kristen sebagai agama terpisah.
Kesimpulan: Al-Qur’an menjaga posisi Isa sebagai nabi yang mengajak tauhid, sedangkan Al-Kitab kemudian menggiring ajarannya menjadi fondasi ajaran trinitas dan agama baru.
4. Penyaliban atau Pengangkatan:
Al-Qur’an dengan tegas menolak penyaliban:
“...mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi yang diserupakan bagi mereka.”
(QS. An-Nisa: 157–158)
Isa AS diangkat ke langit oleh Allah dan akan turun kembali sebelum Hari Kiamat.
Al-Kitab menjadikan peristiwa salib sebagai inti ajaran Kristen: Yesus disalib, mati menebus dosa manusia, lalu bangkit pada hari ketiga.
Kesimpulan: Al-Qur’an menolak konsep salib dan penebusan dosa, sementara Al-Kitab menjadikannya pusat keyakinan. Menurut Islam, dosa tidak diwariskan, dan setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
5. Status Nabi Isa: