Sudut Pandang dalam Cerpen "Bukan Akhir Dunia"
Setiap cerpen atau cerita pasti punya yang namanya sudut pandang. Sudut pandang adalah cara penulis menyampaikan cerita kepada pembaca, dari siapa cerita itu dilihat atau diceritakan. Sudut pandang ini penting karena menentukan bagaimana perasaan, pikiran, dan pengalaman tokoh disampaikan. Di cerpen "Bukan Akhir Dunia", sudut pandangnya sangat terasa karena kita bisa tahu isi hati dan pikiran tokoh utama secara langsung.
Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama. Artinya, tokoh utama yang mengalami kejadian juga yang menceritakan cerita tersebut. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan kata ganti "aku" yang dipakai dari awal sampai akhir cerita. Misalnya di kalimat, "Namaku Dara, anak kelas 8 yang punya ambisi besar banget." Dari sini kita langsung tahu bahwa Dara adalah tokoh utama sekaligus narator cerita.
Karena pakai sudut pandang orang pertama, kita jadi bisa merasakan perasaan Dara dengan lebih dalam. Kita tahu apa yang dia pikirkan, apa yang dia rasakan, bahkan apa yang dia takutkan. Seperti saat dia bilang, "Rasanya kayak jatuh dari tangga paling atas." Itu menggambarkan kekecewaan yang sangat besar setelah gagal lolos PIK R. Kita ikut sedih karena kita "melihat" semuanya dari mata Dara sendiri.
Sudut pandang ini juga bikin pembaca merasa dekat sama tokohnya. Kita jadi tahu perjuangan Dara, mulai dari mencari tahu info organisasi, nanya-nanya ke senior, sampai latihan ngomong buat wawancara. Kalau ceritanya ditulis dari orang ketiga, mungkin perasaan Dara nggak akan sekuat ini terasa.
Nah, dalam cerpen, ada beberapa macam sudut pandang. Pertama, sudut pandang orang pertama, kayak di cerpen ini. Biasanya pakai kata "aku" dan si "aku" itu adalah tokoh utama atau tokoh sampingan. Kedua, ada sudut pandang orang ketiga serbatahu, di mana naratornya bukan tokoh dalam cerita tapi tahu semua isi pikiran dan perasaan tokoh-tokohnya. Kata ganti yang dipakai biasanya "dia" atau nama tokohnya.
Lalu, ada juga sudut pandang orang ketiga terbatas, di mana narator hanya tahu isi hati satu tokoh saja, walau tetap pakai "dia". Dan terakhir, ada sudut pandang campuran, yang menggabungkan beberapa sudut pandang. Tapi dalam cerpen "Bukan Akhir Dunia", jelas banget kalau sudut pandangnya adalah orang pertama.
Kelebihan dari sudut pandang orang pertama adalah cerita jadi terasa lebih nyata dan emosional. Pembaca bisa merasakan langsung konflik batin tokohnya. Tapi kekurangannya, informasi yang kita tahu terbatas hanya dari sudut pandang tokoh "aku". Misalnya, kita nggak tahu kenapa Kak Yudha bersikap dingin, karena cerita ini hanya dari sudut pandang Dara.
Selain itu, sudut pandang ini juga membuat cerita jadi lebih personal dan jujur. Kita tahu bahwa Dara bukan tokoh sempurna --- dia punya rasa takut, minder, bahkan sempat overthinking. Tapi justru dari sudut pandang inilah kita melihat bagaimana dia bangkit dan belajar dari kegagalannya.
Penutupnya pun terasa kuat karena sudut pandangnya konsisten. Ketika Dara berkata, "Gagal bukan akhir --- cuma belokan kecil menuju tempat yang lebih baik," itu jadi pesan yang menyentuh dan membekas karena datang langsung dari hati tokoh utama. Ini membuat cerita punya makna yang dalam untuk pembaca, apalagi pembaca remaja yang mungkin pernah gagal juga.
