-Bukan Akhir Dunia-
Namaku Dara, anak kelas 8 yang punya ambisi besar banget: aku pengen aktif di organisasi sekolah. Bukan karena pengen eksis doang, tapi karena aku pengen belajar hal-hal baru, punya relasi banyak, dan tentu aja, bisa ningkatin kepercayaan diri. Dari dulu, aku tuh tipe orang yang suka sibuk. Jadi waktu denger ada pembukaan organisasi, langsung semangat pol!
Tapi, masalahnya... aku sendiri belum tau minat dan bakatku itu sebenernya apa. Aku suka ngomong, tapi juga suka nulis. Kadang suka ngasih saran ke temen kalau mereka lagi curhat. Makanya, aku mulai coba berbagai kegiatan --- ikut mading, bantu guru bimbingan konseling, bahkan sempat bantu panitia acara kelas.
Dari semua kegiatan itu, akhirnya aku sadar, aku paling enjoy waktu bantu guru BK ngurus masalah siswa. Aku suka dengerin orang curhat dan kasih solusi yang masuk akal. Dari situ, aku mulai mantapin minatku di bidang konseling dan pendampingan teman sebaya.
Pas tahu ada perekrutan anggota baru untuk organisasi PIK R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja), aku langsung semangat. Ini organisasi yang pas banget sama minatku! Di situ kita belajar jadi teman sebaya yang bisa bantu ngasih info soal kesehatan mental, pergaulan, dan masalah remaja lainnya.
Aku pun mulai cari info ke mana-mana. Salah satunya nanya ke Kak Ratu --- anggota senior PIK R yang super baik dan informatif. Dia jadi tirtagonis di hidupku, karena selalu ngasih motivasi tanpa ngejatuhin semangat. Tapi beda cerita sama Kak Yudha --- ketua PIK R yang terkenal dingin dan agak sinis. Beberapa kali aku denger dia nyeletuk, "Banyak yang daftar, tapi cuma sedikit yang bener-bener punya niat." Gila, itu nyelekit banget.
Setelah dapat info lengkap, aku ambil formulir pendaftaran dan isi semua data diri. Mulai dari biodata, pengalaman organisasi (yang nggak seberapa), sampai motivasi ikut PIK R. Aku tulis sejujur mungkin --- karena kata Kak Ratu, kejujuran itu poin penting di wawancara nanti.
Hari-hari berikutnya aku pake buat nyiapin diri. Aku latihan ngomong, nyiapin jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan umum, dan belajar dikit-dikit soal isu remaja. Aku juga mulai jaga sikap di sekolah --- siapa tau dinilai juga dari keseharian, kan?
Sampai akhirnya, hari tes wawancara pun tiba. Aku masuk ruangan dengan tangan dingin, duduk di depan Kak Yudha dan dua anggota lainnya. "Kenapa kamu tertarik masuk PIK R?" tanya Kak Yudha datar. Aku jawab dengan suara mantap meski agak grogi. Rasanya kayak ujian masuk surga --- semua mata tajam, tapi aku berusaha tetap senyum.
Begitu keluar ruangan, rasanya kayak jantung ditinggal di dalam. Deg-degan setengah mati. Hari-hari setelahnya aku lalui dengan campuran antara optimis dan overthinking. Tiap ketemu Kak Yudha di lorong, aku ngerasa kayak lagi dinilai dari ujung rambut sampe ujung kaki.