Mohon tunggu...
Muhammad F. Hafiz
Muhammad F. Hafiz Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menulis sebagai profesi dan amal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Can't Help Myself

2 April 2024   07:10 Diperbarui: 4 April 2024   21:01 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Pexel.com/Guggenheim Museum)

Selagi Banu membersihkan diri, Sandra menata meja yang dia pindahkan ke teras di balik dinding kaca tebal. Senja ini hingga malam, Sandra ingin menikmati suasana di teras vila saja. Rambutnya akan tertiup angin laut dan menerpa wajah Banu. Mengembalikan romantika lampau yang terhenti oleh jalan masing-masing.

Sepasang kekasih di antara batas gelap dan terang. Dunia yang kian hari kian samar, antara kenyataan dan kepalsuan, di tengah manusia yang takluk di dalam ruang-ruang gelap dan terang zaman baru. Teknologi semakin jauh melaju sementara kemanusiaan semakin diam tertinggal.

Interaksi antarmanusia di tengah kemajuan ini semakin runyam. Anak-anak muda tenggelam dalam mimpi perjudian digital. Para ibu yang baru kemarin sore melahirkan anak-anak mereka, tiba-tiba membuka diri di bilik-bilik media sosial. Suami istri membanting harga atas nilai rumah tangga mereka.

Sandra dan jutaan orang lain tak akan menyangka teknologi mesin dan dunia digital yang mereka kira mereka maklumi, sesungguhnya sangat jauh melampaui apa yang kita semua ketahui. Sebuah rahasia tersembunyi yang nanti akan disingkap oleh Banu.

Sementara Sandra, masih menata meja kayu di teras batu.

Dan ini waktu terakhir mereka di Lombok. Sandra sendiri harus kembali ke Bali tempat dia menetap selepas kuliah di Jakarta.

Banu dan Sandra satu kampus saat mereka di universitas. Keduanya bertemu kembali dan menjalin hubungan di mana Banu yang terus mencari cara mengelabui Widia. Sejak itu mereka semakin acap bertemu dan selalu di luar kota. Setidaknya Banu dan Sandra bertemu tiga hari atau paling lama empat hari dalam tiga bulan.

Sebuah perselingkuhan selalu saja dijalani dengan cara yang sama meski motif berbeda-beda. Akan tetapi perselingkuhan sudah pasti merenggut kebebasan. Sungguh aneh, perasaan merdeka yang berharga itu lebih sering direnggut oleh keinginan mengendalikan sesuatu, bukan oleh kontrol sesuatu pada diri manusia.

Sandra baru saja memikirkan perasaan merdeka dari belenggu perselingkuhan ini. Sudah lama dia menagih sikap Banu, meminta menemukan cara mengakhiri hubungan gelap itu dengan jalan yang lebih mulia.

Setiap ditanya perihal itu Banu selalu saja diam, lama. Kalau sudah seperti itu, canda gurau mereka biasanya akan terhenti. Keduanya jadi salah tingkah dan berakhir dengan pulang ke kota masing-masing. Atau Banu akan kembali ke Jakarta jika mereka bertemu di Bali. Oh, perselingkuhan yang ditempuh dalam waktu yang panjang selalu tak menemukan jalan pulang.

Tetapi baru kali ini Banu seakan-akan hendak memberi jawaban, sewaktu tadi Banu bersikap lebih enteng sambil tersenyum. Dalam hati Sandra berkata, tumben Banu mengatakan akan bersamanya lebih lama ketika diingatkan Banu sudah tiga hari meninggalkan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun