Mohon tunggu...
Muhammad F. Hafiz
Muhammad F. Hafiz Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menulis sebagai profesi dan amal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Curanmor

29 Maret 2024   15:55 Diperbarui: 29 Maret 2024   15:56 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cuma perlu sebentar untuk membuat mesin motor itu kembali normal. Si tukang sayur puas, dan Beki berusaha mendapat bayaran lebih saat itu. Tapi tukang sayur seperti tak percaya saat Beki mengatakan biayanya Rp 50 ribu.

"Hanya stel-stel kabilator pakai obeng saja biayanya lima puluh ribu? Yang bener aja," ucap tukang sayur sengit.

Seseorang lainnya yang sedang menunggu motornya diganti oli, menjelaskan pada tukang sayur. Bahwa tenaga Beki mengutak-atik karburator tak seberapa nilainya. Namun kecakapan menemukan gejala dan mengatasi masalah mesin motor itulah seharga Rp 50 ribu.

Tukang sayur tak peduli. Dia menyodorkan selembar sepuluh ribu yang diterima Beki. Yaaah..., mau apalagi, si tukang sayur mungkin saja sedang kesulitan keuangan. Lebih-lebih sepeda motor yang jadi alat kerjanya jualan keliling itu, jadi tumpuan mata pencahariannya. Tak mengapa Beki mengalah.

Tapi pada Suli istrinya yang kalap dan menganjurkan Beki mencuri untuk mendapatkan uang, Subeki tak mau mengalah. Dia tak mau melakukan kejahatan. Merugikan orang lain. Tapi Beki tak tahu cara mendapatkan uang Rp 1,3 juta dalam waktu seminggu ini.

Daripada bersoal-jawab dengan Suli yang sedang kalap, Beki memilih pergi ke mana saja sambil menenangkan pikiran. Beki beranjak dari balai-balai setelah Suli puas mengomelinya. Di jalan depan rumah, Beki melihat Kipli adik Amran.

Bocah kelas 3 sekolah dasar itu menangis meski tak bersuara. Hanya bekas air mata yang meleleh di pipi membentuk alur yang jelas terlihat akibat pipinya kotor oleh debu. Beki mendekatinya dan mengetahui Kipli sangat ingin es krim yang kini sedang dinikmati teman-temannya.

Kepada Junet yang baru saja membayar es krim yang dibelinya, Beki meminta agar Junet mau berbagi.

"Kau beri-lah kawan kau ini ngerasa seujung lidah saja," kata Beki.

"Kita beli ini, dikasih uang sama Mamak kita...,"  jawab Junet berlalu meninggalkan Kipli yang berharap.

Pedih hati Beki. Dia cengkeram pundak anaknya sambil menatap mata Kipli yang terpaut dengan matanya saat Beki berjongkok berbicara pada Kipli. Beki meyakinkan Kipli akan membawakan satu kotak es krim besok sore, dan meminta bocah itu pulang menemui Mamaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun