Mohon tunggu...
Hadenn
Hadenn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Football and Others

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Sampah Plastik, Diam dalam Mengancam Laut dan Ketahanan Pangan

5 Mei 2024   13:35 Diperbarui: 5 Mei 2024   15:52 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Limbah plastik yang semakin tidak terkendali jumlahnya hingga mengancam laut dan ketahanan pangan. Sumber: KOMPAS/PANDU WIYOGA

Sistem industri dan daur ulang canggih belum merata, juga diiringi kekosongan ahli dan mesin sampah karena keterbatasan biaya. Sedangkan, kita semua tahu masa urai sampah plastik minimal 10 tahun. Beberapa fakta ini akan selalu mengganggu tidur pengamat lingkungan di negara berkembang.

Terlebih, kebanyakan masyarakat juga memilih membuang dalam jumlah besar ke laut atau sungai sebagai solusi, yang mana sejujurnya bukan solusi sama sekali. Sampah terbuang di laut atau sungai akan melukai ekosistem dalam sana, mereka bisa keracunan zat kimia, lalu berada dalam piring kita.

Selain itu, kesadaran diri sendiri juga sama penting, masyarakat harus tahu cara menempatkan sampah pada tempat yang pantas. Lalu, dari sini kita bisa bicara secara global, di mana perjanjian PBB juga mencoba percepatan penghentian produksi plastik sekali pakai pada 2030.

Earthday sebagai tempat pergerakan mendukung perjanjian ini secara masif, mereka berkampanye tentang menekan laju produksi sampah plastik hingga 60 persen pada 2040. 40 persen sisa memang angka yang masih tinggi, tetapi ini juga menunjukkan dibutuhkan proses lama untuk mengurai ini semua.

Kesatuan dari seluruh manusia bumi untuk turut berperan merupakan kunci, di mana gerakan 6R (rethink, refuse, reuse, repair, recycle, and reduce) harus lebih sering diperbincangkan. Bagaimanapun, kesehatan dari bumi juga kesehatan untuk makhluk hidup di dalam sana. 

Menekan peredaran plastik

jakartaglobe.id
jakartaglobe.id


Tak bisa dipungkiri mengurangi konsumsi plastik akan berdampak besar bagi kelestarian laut, salah satu sumber makanan terbesar manusia. Momen di mana kita menentukan untuk menggunakan plastik merupakan kemudahan sedetik berdampak puluhan tahun.

Krisis sampah plastik di laut semakin memprihatinkan. Setengah juta ton sampah plastik dari daratan dan 10.000 ton dari aktivitas di laut mencemari perairan.

Bisa dikatakan, laut menanggung beban setara 200 truk sampah per hari. Tanpa tindakan pengurangan penggunaan plastik, juga peningkatan kesadaran masyarakat, laut Indonesia tidak akan bisa lagi menghidupi ekosistem di dalam sana, juga menyediakan makanan enak untuk kita sendiri.

Usaha mengurangi penggunaan produk plastik juga dilakukan pemerintah, mereka telah berkomitmen mengurangi jumlah sampah di laut sampai 70 persen pada tahun 2025, ini perlu akselerasi. Sebab, langkah untuk daur ulang plastik tidak akan terlalu menunjukkan perbedaan. Mengingat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KPP) sendiri, mengatakan cuma 7 persen sampah plastik yang dapat didaur ulang.

Meski demikian, hingga tahun 2021 minimal sudah ada 56 daerah menerapkan aturan pelarangan plastik sekali pakai. Daerah ini terdiri dari tiga provinsi, yakni Bali (2018), DKI Jakarta (2019), dan Riau (2019), ditambah dengan 31 kota dan 22 kabupaten. Akselerasi bisa dimulai dari sini dengan menularkan "virus pro-lingkungan" ke daerah-daerah lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun