Mohon tunggu...
Haendy B
Haendy B Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, Football Anthutsias

mengamati dan menulis walau bukan seorang yang "ahli" | Footballism

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jika Jadi Menteri, Prabowo Tak Akan Jadi "Macan" untuk Jokowi

9 Oktober 2019   21:46 Diperbarui: 9 Oktober 2019   22:00 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Ketemu Jokowi di MRT by kompas.com

Politik adalah fana, yang abadi adalah kepentingan, ungkapan ini adalah sebuah cermin untuk mengukur bagaimana cairnya politik di Indonesia saat ini.

Bisa dibayangkan bagaimana beberapa bulan lalu masyarakat yang menjadi pendukung Prabowo berdemo di KPU dan MK untuk mengangkat isu kecurangan sebagai cara menggagalkan kemenangan Jokowi sebagai presiden dan bagaimana imajinatifnya Prabowo kala mengklaim kemenangan sendiri di Kertanegara tapi kini semua itu berputar 180 derajat dan menjadi masa lalu. 

Seketika Prabowo mengucapkan selamat kepada presiden terpilih Jokowi di MRT dan diundang makan nasi goreng Megawati di Teuku Umar serta Prabowo menjadi tamu VVIP dengan diikutsertakan ke kongres PDIP di Bali, Prabowo membuktikkan diri sebagai politikus 2 kaki sejati.

Semasa kampanye, Prabowo amat sangat dekat dengan kelompok kanan, uji keislaman pun sempat dikoarkan, tapi Prabowo tetap dekat dengan kelompok kanan, bagai menunggangi, Prabowo dalam fase terbaik untuk memutus rantai kekalahan Pilpresnya. 

Namun itu tak cukup untuk memenangi pemilu, Prabowo dengan beban masa lalunya terlalu berat untuk menyakinkan 50% lebih masyarakat Indonesia untuk memilihnya, tapi setelah kekalahan ketiganya Prabowo menjadi tak idealis untuk timbul tenggelam bersama pendukung fanatiknya.

Masyarakat Indonesia melihat bagaimana koalisi adil makmur retak dan porak poranda usai kekalahan di MK, dari semua partai, Demokrat tercatat sebagai partai yang curi start untuk masuk ke koalisi pendukung presiden Jokowi.

Tapi ada satu yang dilupa partai Demokrat yakni Prabowo dengan Gerindranya sepertinya akan dipilih dahulu  oleh Megawati dan PDIPnya, melihat indahnya kenangan masa lalu, Gerindra tetap koalisi terbaik yang pernah dimiliki Mega dan PDIPnya.

2009, Mega dan Prabowo berpasangan dan menantang pasangan incumbent Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono, kalah, Prabowo dan Megawati makin akrab dan menyaknkan diri lewat perjanjian batu tulis untuk terus dalam satu koalisi. 

Mega dan Prabowo punya kenangan yang tak indah dengan SBY, Megawati merasa dikhianati, sedangkan bagi Prabowo, SBY berada di Dewan Kehormatan Perwira saat Prabowo diberhentikan dengan hormat. 

Pada pilkada DKI 2012, Mega dan Prabowo masih dalam jalur yang sama dan sehati untuk memenangkan Jokowi Ahok, dalam masa ini Gerindra lebih dihati PDIP dibanding partai Demokrat, dalam sebuah pemikiran rasional, Gerindra dan Prabowonya masih dikenang dengan sangat baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun