Dia mencontohkan, di luar negeri seperti di Amerika Serikat maupun di beberapa negara Eropa, banyak orang awam bisa melakukan BLS. Sebab, mereka pernah mengikuti pelatihan penanganan emegergency tersebut.
Sebab, di Amerika maupun di negara Eropa di seperti Swedia, Norwegia, ketika warganya mengambil SIM ataupun KTP, disyaratkan untuk memiliki sertifikat basic life support.
Ya, penting bagi orang awam di sini untuk menguasai ilmu pertolongan terhadap kondisi kegawatdaruratan ini. Sebab, dari data yang ada, kondisi mati mendadak di luar rumah sakit mencapai 64 persen lebih banyak daripada di dalam rumah sakit.
Menurut pak dokter tersebut, sebenarnya, sejak beberapa tahun lalu, sudah adainisiatif untuk mengedukasi orang awam perihal penanganan emergency.
Dokter yang saya wawancara tersebut mengisahkan, sekira sejak dua dekade lalu, dia bersama beberapa dokter sudah aktif melakukan sosialisasi penanganan kegawatdaruratan di berbagai instansi, pusat pendidikan, karang taruna di lebih dari 20 provinsi.
Masyarakat diberi pemahaman dan dibekali ilmu untuk menolong berbagai kondisi gawat darurat yang mengancam nyawa.
Semua itu demi harapan sederhana: agar orang awam di Indonesia walaupun bukan dari kalangan medis, bisa melakukan pertolongan pertama dengan benar.
Hanya saja, entah apakah mereka yang mengikuti pelatihan tersebut, lantas membagikan dan menyebarkan ilmunya ke masyarakat. Atau malah ilmunya sekadar untuk dirinya sendiri.
Pelajaran dari video viral
Kabar bagusnya, kerja keras pak dokter dan timnya untuk membagikan ilmu basic life support, kini seperti mendapatkan supporting system alias sistem pendukung.
Utamanya dengan keberadaan media sosial dan aplikasi kekinian seperti TikTok, Instagram, maupun WhatsApp yang membagikan informasi pertolongan terhadap kegawatdaruratan.