Dia memang pernah membawa Ajax Amsterdam dan PSV Eindhoven jadi juara Liga Belanda. Tapi, Ajax dan PSV memang dominan di Liga Belanda. Jadi itu bukan pencapaian luar biasa. Apalagi rasio menangnya 'hanya' 62 persen dan 60 persen.
Koeman sebenarnya tidak lebih bagus dari Louis Van Gaal yang pernah melatih Barcelona.Â
Bahkan, ketika dia melatih Everton pada 14 Juni 2016-23 Oktober 2017, rasio menangnya hanya 41 persen dengan 24 kali menang, 14 kali imbang, dan 20 kali kalah dari 58 pertandingan.
Pendek kata, meski hebat sebagai pemain dan terkenal dengan tendangan gledhek nya, tapi Koeman belum masuk level istimewa ketika menjadi pelatih. Fakta ini yang diabaikan Barcelona.
Barcelona mungkin memendam harapan ingin mengulang sukses besar Pep Guardiola.
Mantan pemain Barca yang lantas sukses besar ketika melatih. Tapi, Koeman bukan Guardiola. Dan, materi tim yang dilatih Koeman kini juga sangat berbeda dengan timnya Guardiola dulu.
Menariknya, salah satu nama yang dirumorkan akan menggantikan Koeman adalah Xavi Hernandez, legenda Barca. Artinya, Barca akan mengulang rumus kedekatan emosional dalam menunjuk pelatih.
Meski, andai Xavi benar akan ditunjuk, dia punya aura yang tidak dimiliki oleh Koeman. Minimal, Xavi sosok protagonis di mata pemain-pemain Barcelona era sekarang.
Pada akhirnya, nama besar semasa menjadi pemain, bahkan berstatus 'legend' klub sekalipun, tidak menjadi jaminan pelatih akan sukses melatih. Tidak lantas dia menjadi partner kerja yang oke. Meski memang ada yang sukses.
Di kehidupan nyata, kita mungkin pernah beberapa kali merasakan itu. Kita punya niatan baik untuk mengajak kawan yang kenal dekat sebagai rekan kerja.Â
Namun, ternyata tidak selalu mereka yang kita kenal dekat, bisa menjadi rekan kerja yang oke. Mereka ternyata cukup hanya menjadi teman diskusi dan mengobrol saja.