Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Koeman dan Pelajaran "Kenal Dekat Tak Selalu Bisa Jadi Rekan Kerja Oke"

28 Oktober 2021   10:19 Diperbarui: 28 Oktober 2021   17:10 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ronald Koeman dipecat Barcelona usai kekalahan dari Rayo Vallecano di Liga Spanyol (28/10)/(AFP/Patricia De Melo Moreira/Kompas.com)

Kabar yang diyakini hanya tinggal menunggu waktu itu akhirnya datang pagi tadi: Klub top Spanyol, FC Barcelona, akhirnya resmi mengakhiri kerja sama dengan pelatih asal Belanda, Ronald Koeman.

Masa kerja Koeman di klub yang pernah dibelanya semasa menjadi pemain, berakhir usai Barcelona kalah 0-1 dari Rayo Vallecano di Estadio de Vallecas, Rabu (27/10) malam waktu setempat atau Kamis (28/10) dini hari waktu Indonesia.

Kekalahan dari Vallecano itu rupanya membuat manajemen Barcelona sudah habis kesabaran. Koeman (58 tahun) dipecat.

Ketika pada akhir pekan kemarin Barcelona kalah 1-2 dari rival abadi, Real Madrid, di laga el clasico, Koeman masih diberi perpanjangan nafas.

Meski, seusia laga, Koeman yang meninggalkan stadion Camp Nou dengan mengendarai mobilnya, sempat dicegat suporter Barcelona yang sebal. Mereka menyuarakan desakan agar Koeman segera dipecat.

Namun, kekalahan ketiga dari 10 pertandingan dan hanya menang empat kali, membuat petinggi Barcelona terbuka matanya. Bahwa, Koeman bukan orang yang tepat untuk memimpin Barcelona di era baru usai kepergian pemain ikonik mereka, Lionel Messi.

Koeman menjadi salah satu pelatih Barcelona dengan masa kerja pendek. Dia hanya bertahan satu tahun dua bulan sejak diumumkan menjadi pelatih Barca pada 19 Agustus 2020 silam.

Seharusnya, dia memiliki kontrak berdurasi dua tahun hingga 30 Juni 2022 mendatang atau minimal hingga kompetisi musim 2021/22 ini usai.

Koeman cinta Barcelona, tapi cinta saja tidak cukup

Padahal, Koeman sangat cinta Barcelona. Demi bisa melatih klub yang pernah dibelanya selama enam tahun (1989-1995) itu, dia bahkan rela meninggalkan Timnas Belanda.

Ya, Koeman sebelumnya menjabat pelatih Timnas Belanda. Dia meneken kontrak selama 4,5 tahun pada 6 Februari 2018 alias hingga Piala Dunia 2022 mendatang.

Dalam 1,5 tahun melatih Belanda, dia terbilang berhasil. Belanda dibawanya lolos ke Piala Eropa 2020.

Itu untuk pertama kalinya Tim Oranye Belanda akhirnya lolos ke turnamen besar sejak Piala Dunia 2014. Sebelumnya, Belanda sempat 'menghilang' di Piala Eropa 2016 dan juga Piala Dunia 2018.

Dia seharusnya merasakan pengalaman melatih negaranya di turnamen besar seperti nama-nama pelatih yang sudah melegenda. Sebut saja Rinus Michels, Guus Hiddink, ataupun Louis van Gaal.

Namun, demi cintanya kepada Barcelona, dia rela melepas jabatannya di Timnas Belanda.

Kala itu, dalam wawancara dengan awak media, Koeman mengaku keinginan terbesarnya menjadi pelatih adalah melatih Barcelona. Karenanya, dia tidak bisa menolak ketika petinggi Barcelona datang kepadanya. Menawarinya posisi pelatih.

Bahkan, Koeman mengaku punya klausul kontrak khusus di Timnas Belanda. Bahwa, bila di masa melatih Belanda, Barcelona datang menawarinya pekerjaan, Belanda harus merelakan dirinya pergi.

Sebegitu besar cinta Koeman pada Barcelona.

Hanya saja, melatih klub sebesar Barcelona tentu saja tidak hanya bermodal cinta. Dia harus bisa mengubah cinta itu menjadi prestasi. Membawa Barca ke posisi yang sepantasnya mereka tempati.

Nah, itulah yang tidak bisa dilakukan oleh Koeman.

Musim lalu, Barcelona hanya menempati peringkat tiga di Liga Spanyol 2020/21, di bawah Atletico Madrid dan Real Madrid. Toh, dia mampu membawa Barca juara Copa del Rey 2020/21.

Musim ini, meski Messi pergi, rencana Koeman tampak oke ketika Barca mendatangkan Memphis Depay, Sergio Aguero, plus mencuatnya beberapa pemain muda seperti Pedri dan tentu saja Ansu Fati.

Namun, penampilan Barcelona ternyata amburadul. Di Liga Spanyol, dari 10 kali main, I'Blaugrana hanya bisa menang empat kali. Lalu pernah kalah dari Atletico Madrid, Real Madrid, dan Rayo Vallecano tadi pagi.

Di klasemen, Barca ada di posisi 9 dengan 15 poin. Tertinggal 6 poin dari Real Madrid yang menjadi pemuncak klasemen.

Sementara di Liga Champions, Barca malah meraih hasil memalukan. Mereka kalah beruntun di dua laga awal fase grup dengan skor 0-3 dari Bayern Munchen dan Benfica.

Dari rentetan hasil itu, mudah menyimpulkan bahwa masa depan Barca bersama Koeman tampak meragukan. Meski, pendukung Barca pastinya tidak meragukan cinta Koeman. Tapi, cinta saja tidak cukup.

Jadi bukti, legend tidak berarti akan sukses melatih klub

Kegagalan Koeman di Barca yang berakhir pada pemecatan, menjadi bukti bahwa tidak selalu orang yang kita kenal baik, bisa menjadi partner kerja yang berhasil.

Ya, Koeman bukan orang asing di Barcelona. Dia termasuk legenda. Jauh sebelum era Ronaldindo dan Messi, Koeman lah yang membawa Barcelona juara Liga Champions.

Satu gol Koeman membawa Barcelona mengalahkan Sampdoria di final 1992 (kala itu Liga Champions masih bernama European Cup). Itulah gelar pertama Barcelona di Liga Champions.

Itupula salah satu alasan Barca memilih Koeman sebagai pelatih. Ada kedekatan emosional. Legenda klub melatih klub di era sekarang. Itu terdengar keren kan.

Boleh jadi karena alasan itu, Barca menutup mata pada prestasi kepelatihan Koeman yang sebenarnya tidak istimewa.

Dia memang pernah membawa Ajax Amsterdam dan PSV Eindhoven jadi juara Liga Belanda. Tapi, Ajax dan PSV memang dominan di Liga Belanda. Jadi itu bukan pencapaian luar biasa. Apalagi rasio menangnya 'hanya' 62 persen dan 60 persen.

Koeman sebenarnya tidak lebih bagus dari Louis Van Gaal yang pernah melatih Barcelona. 

Bahkan, ketika dia melatih Everton pada 14 Juni 2016-23 Oktober 2017, rasio menangnya hanya 41 persen dengan 24 kali menang, 14 kali imbang, dan 20 kali kalah dari 58 pertandingan.

Pendek kata, meski hebat sebagai pemain dan terkenal dengan tendangan gledhek nya, tapi Koeman belum masuk level istimewa ketika menjadi pelatih. Fakta ini yang diabaikan Barcelona.

Barcelona mungkin memendam harapan ingin mengulang sukses besar Pep Guardiola.

Mantan pemain Barca yang lantas sukses besar ketika melatih. Tapi, Koeman bukan Guardiola. Dan, materi tim yang dilatih Koeman kini juga sangat berbeda dengan timnya Guardiola dulu.

Menariknya, salah satu nama yang dirumorkan akan menggantikan Koeman adalah Xavi Hernandez, legenda Barca. Artinya, Barca akan mengulang rumus kedekatan emosional dalam menunjuk pelatih.

Meski, andai Xavi benar akan ditunjuk, dia punya aura yang tidak dimiliki oleh Koeman. Minimal, Xavi sosok protagonis di mata pemain-pemain Barcelona era sekarang.

Pada akhirnya, nama besar semasa menjadi pemain, bahkan berstatus 'legend' klub sekalipun, tidak menjadi jaminan pelatih akan sukses melatih. Tidak lantas dia menjadi partner kerja yang oke. Meski memang ada yang sukses.

Di kehidupan nyata, kita mungkin pernah beberapa kali merasakan itu. Kita punya niatan baik untuk mengajak kawan yang kenal dekat sebagai rekan kerja. 

Namun, ternyata tidak selalu mereka yang kita kenal dekat, bisa menjadi rekan kerja yang oke. Mereka ternyata cukup hanya menjadi teman diskusi dan mengobrol saja.

Sebab, dalam ranah kerja, kita tidak hanya mempertimbangkan kedekatan emosional. Tapi juga mengedepankan faktor kemampuan, kecakapan, dan leadership. Jadi bukan sebatas karena alasan kenal saja.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun