Musim ini, meski Messi pergi, rencana Koeman tampak oke ketika Barca mendatangkan Memphis Depay, Sergio Aguero, plus mencuatnya beberapa pemain muda seperti Pedri dan tentu saja Ansu Fati.
Namun, penampilan Barcelona ternyata amburadul. Di Liga Spanyol, dari 10 kali main, I'Blaugrana hanya bisa menang empat kali. Lalu pernah kalah dari Atletico Madrid, Real Madrid, dan Rayo Vallecano tadi pagi.
Di klasemen, Barca ada di posisi 9 dengan 15 poin. Tertinggal 6 poin dari Real Madrid yang menjadi pemuncak klasemen.
Sementara di Liga Champions, Barca malah meraih hasil memalukan. Mereka kalah beruntun di dua laga awal fase grup dengan skor 0-3 dari Bayern Munchen dan Benfica.
Dari rentetan hasil itu, mudah menyimpulkan bahwa masa depan Barca bersama Koeman tampak meragukan. Meski, pendukung Barca pastinya tidak meragukan cinta Koeman. Tapi, cinta saja tidak cukup.
Jadi bukti, legend tidak berarti akan sukses melatih klub
Kegagalan Koeman di Barca yang berakhir pada pemecatan, menjadi bukti bahwa tidak selalu orang yang kita kenal baik, bisa menjadi partner kerja yang berhasil.
Ya, Koeman bukan orang asing di Barcelona. Dia termasuk legenda. Jauh sebelum era Ronaldindo dan Messi, Koeman lah yang membawa Barcelona juara Liga Champions.
Satu gol Koeman membawa Barcelona mengalahkan Sampdoria di final 1992 (kala itu Liga Champions masih bernama European Cup). Itulah gelar pertama Barcelona di Liga Champions.
Itupula salah satu alasan Barca memilih Koeman sebagai pelatih. Ada kedekatan emosional. Legenda klub melatih klub di era sekarang. Itu terdengar keren kan.
Boleh jadi karena alasan itu, Barca menutup mata pada prestasi kepelatihan Koeman yang sebenarnya tidak istimewa.