Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pelajaran dari Kalahnya Tottenham, Semua Bisa "Jatuh" Kapan Saja

12 September 2021   19:12 Diperbarui: 12 September 2021   19:42 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi pemain-pemain Tottenham Hotspur usai kalah telak di markas Crystal Palace, Sabtu (11/9)/Foto: Chloe Knott - Danehouse/Getty Images 


Tottenham Hotspur sempat menjadi tim Inggris dengan start paling mengesankan di awal Premier League 2021/22. Tim London Utara ini menjadi satu-satunya yang meraih tiga kemenangan beruntun.

Tottenham mengalihkan perhatian banyak orang yang sebelumnya fokus memelototi Manchester United, Manchester City, Chelsea, ataupun Liverpool.

Mereka mengalahkan sang juara bertahan, Manchester City di laga perdana (15/8). Lantas, menang atas Wolverhampton dan Watford. Semuanya dengan skor identik, 1-0. Mereka pun memuncaki klasemen.

Tidak sedikit orang yang menganggap kemenangan beruntun Tottenham itu hanya 'kilatan' di awal musim yang menyilaukan tetapi cepat lenyap. Maksudnya, sekadar kejutan yang jamak terjadi di awal musim lantas terlupakan.

Meski, ada juga yang menganggap penampilan apik Tottenham di awal musim Liga Inggris karena kejeniusan pelatih anyar mereka, Nuno Espirito Santo.

Pelatih asal Portugal ini memang dikenal piawai meracik tim. Dua musim lalu, Wolverhampton pernah dicariknya menjadi tim 'kuda hitam' di Premier League.

Namun, ketika banyak orang mulai tertarik membicarakan kiprah Tottenham, siapa sangka, mereka mendadak terjatuh.

Tottenham kalah telak dari tim yang belum pernah menang

Sabtu (11/9) malam kemarin, The Lily Whites--julukan Tottenham terbantai.

Mereka dikalahkan Crystal Palace tiga gol tanpa balas. Padahal, Palace yang kini dilatih Patrick Vieira--eks gelandang Arsenal, sebelumnya tidak mampu meraih kemenangan. Itu kemenangan perdana mereka musim ini.

Apa yang terjadi dengan Tottenham?

Dari menengok review pertandingan, dari membaca statistik pertandingan, dan dari memantau situasi kekinian yang terjadi, ada beberapa analisis yang bisa dimunculkan.

Pertama, Tottenham bermain dengan 10 pemain sepanjang 32 menit terakhir setelah pemain bertahan mereka, Japhet Tanganga, mendapatkan kartu merah di menit ke-58.

Bek asli Inggris berusia 22 tahun ini sempat dipuji penampilannya saat melawan City. Namun, melawan Palace, Tanganga seperti kehilangan fokus. Dalam lima menit (menit ke-53 dan 58), dia mendapatkan kartu kuning beruntun.

Bermain dengan 10 pemain, Tottenham linglung. Palace mencetak tiga gol beruntun lewat penalti Wilfried Zaha di menit ke-76, dan dua gol Odsonne Edouard di menit ke-84 dan 93.

Kedua, Tottenham terkena FIFA effect alias dampak dari agenda FIFA yakni kualifikasi Piala Dunia 2022 yang dimainkan sepanjang pekan kemarin.

Maklum, cukup banyak pemain inti Tottenham yang turun bermain membela negaranya masing-masing. Di antaranya Harry Kane (Inggris), Pierre-Emile Hojbjerg (Denmark), Ben Davies (Wales), juga Hugo Lloris (Prancis). Tenaga mereka terkuras.

Ketiga, Tottenham tidak diperkuat Son Heung-Min dan Steven Bergwijn. Padahal, di laga sebelumnya, penyerang Timnas Korea Selatan dan pemain sayap asal Belanda itu menjadi pilihan utama Santo di lini depan.

Tanpa kehadiran mereka, Santo terpaksa mengubah skema main. Dari skema 4-3-3 menjadi 4-3-1-2. Harry Kane bermain bersama Lucas Moura dengan didukung Delle Ali.

Skema main ini tidak berjalan maksimal. Data statistik premierleague.com menunjukkan, sepanjang pertandingan, Tottenham hanya melakukan dua kali shots dan hanya satu yang on target. Bandingkan dengan Palace yang melakukan 18 kali shots.

Pelajaran dari kekalahan Spurs

Tetapi memang, sepak bola itu bukan tentang masa lalu. Tim yang meraih hasil bagus di beberapa pertandingan sebelumnya seperti Tottenham, belum tentu menang di hari ini.

Sebaliknya, tim yang sebelumnya belum pernah menang seperti Crystal Palace, bukan berarti akan terus merindu kemenangan. Setiap pertandingan adalah kesempatan baru untuk mengubah situasi menjadi lebih baik.

Dari kekalahan Tottenham di Selhurst Park itu, ada beberapa blessing in disguise yang bisa diambil sebagai pelajaran. Bahwa, kejatuhan bisa datang kapan saja dan menimpa siapa saja, termasuk bagi mereka yang sedang menikmati kejayaan.

Bila tidak waspada dengan kompetitor, bila tidak siap menghadapi tantangan yang senantiasa baru dan berbeda dari sebelumnya, maka bersiaplah merasakan kejatuhan.

Apalagi bila muncul rasa jumawa dan memandang remeh orang lain karena merasa lebih berpengalaman.

Padahal, pengalaman itu bukan jaminan akan selalu menang. Sebab, mereka yang kurang punya pengalaman, biasanya menutupi kekurangannya itu dengan memiliki motivasi yang lebih besar.

Kurang apa coba Santo bila dibandingkan dengan Patrick Vieira. Dia nyaris unggul segalanya.

Santo sudah melatih tahun 2012 dengan melatih Rio Ave, Valencia, Porto, hingga Wolverhampton.

Selama itu, dia pernah jadi pelatih terbaik bulanan di Liga Spanyol edisi September 2014, Desember 2014, dan Februari 2015. Dia memmbawa Wolverhampton juara Championship 2017/18 dan promosi ke Premier League. Di Premier League, dia meraih manager of the month edisi September 2016, Juni 2020, dan Oktober 2020.

Sementara Vieira (45 tahun) semasa menjadi pemain memang sukses besar. Namun, sebagai pelatih, dia masih 'hijau'. Dia baru menjadi pelatih di tahun 2016 lalu saat melatih klub Amerika Serikat, New York City FC. Lalu klub Prancis, Nice. Pencapaiannya pun biasa saja.

Tapi, orang baru minim pengalaman seperti Vieira selalu punya motivasi untuk membuktikan dirinya mampu. Terlebih bila bersaing dengan mereka yang lebih berpengalaman. Dan itu yang terjadi saat Palace mengalahkan Tottenham.

Terlepas diuntungkan oleh situasi, Vieira mampu mengejutkan Santo. Bukan soal siapa yang lebih besar dan berpengalaman, tetapi tentang siapa yang lebih siap. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun