Apa yang terjadi dengan Tottenham?
Dari menengok review pertandingan, dari membaca statistik pertandingan, dan dari memantau situasi kekinian yang terjadi, ada beberapa analisis yang bisa dimunculkan.
Pertama, Tottenham bermain dengan 10 pemain sepanjang 32 menit terakhir setelah pemain bertahan mereka, Japhet Tanganga, mendapatkan kartu merah di menit ke-58.
Bek asli Inggris berusia 22 tahun ini sempat dipuji penampilannya saat melawan City. Namun, melawan Palace, Tanganga seperti kehilangan fokus. Dalam lima menit (menit ke-53 dan 58), dia mendapatkan kartu kuning beruntun.
Bermain dengan 10 pemain, Tottenham linglung. Palace mencetak tiga gol beruntun lewat penalti Wilfried Zaha di menit ke-76, dan dua gol Odsonne Edouard di menit ke-84 dan 93.
Kedua, Tottenham terkena FIFA effect alias dampak dari agenda FIFA yakni kualifikasi Piala Dunia 2022 yang dimainkan sepanjang pekan kemarin.
Maklum, cukup banyak pemain inti Tottenham yang turun bermain membela negaranya masing-masing. Di antaranya Harry Kane (Inggris), Pierre-Emile Hojbjerg (Denmark), Ben Davies (Wales), juga Hugo Lloris (Prancis). Tenaga mereka terkuras.
Ketiga, Tottenham tidak diperkuat Son Heung-Min dan Steven Bergwijn. Padahal, di laga sebelumnya, penyerang Timnas Korea Selatan dan pemain sayap asal Belanda itu menjadi pilihan utama Santo di lini depan.
Tanpa kehadiran mereka, Santo terpaksa mengubah skema main. Dari skema 4-3-3 menjadi 4-3-1-2. Harry Kane bermain bersama Lucas Moura dengan didukung Delle Ali.
Skema main ini tidak berjalan maksimal. Data statistik premierleague.com menunjukkan, sepanjang pertandingan, Tottenham hanya melakukan dua kali shots dan hanya satu yang on target. Bandingkan dengan Palace yang melakukan 18 kali shots.
Pelajaran dari kekalahan Spurs