Namun, Bruno Fernandes (26 tahun) rupanya sudah membuang jauh-jauh kenangan buruk di Piala Eropa 2020 itu. Dia bisa move on. Dia langsung tampil menawan bersama klubnya di musim baru Premier League Inggris.
Sebenarnya, apa yang membuat Bruno meledak di MU setelah melempem bersama Timnas Portugal di Piala Eropa?
Ada beberapa alasan yang bisa kita munculkan. Salah satunya soal kenyamanan dan kebebasan perannya dalam bermain.
Ya, di Manchester United, Bruno Fernandes mendapatkan kepercayaan penuh dari pelatih Ole Gunnar Solskjaer untuk mengeluarkan potensi terbaiknya.
Oleh Ole Solskjaer, Bruno diberi peran sebagai pemain "bernomor punggung 10" yang bermain tepat di belakang penyerang dalam skema 4-2-3-1.
Peran sebagai 'trequartista' itu membuatnya bermain lebih bebas. Dia bisa leluasa mengumpan ke penyerang, mengatur ritme permainan, hingga mengeksekusi sendiri peluang.
Situasi ini berbeda dengan peran yang dijalaninya di Timnas Portugal.
Dalam skema main 4-3-3, Bruno ditempatkan bermain di posisi lebih melebar. Dia lebih diplot sekadar sebagai gelandang pengalir bola untuk Cristiano Ronaldo maupun Diogo Jota.
Karena lebih sering bermain di posisi yang mungkin dianggapnya kurang pas, kemampuan terbaiknya pun tidak keluar.
Itu mungkin hanya dugaan. Tapi, penampilan di lapangan menjadi bukti. Bruno terlihat sangat percaya diri dan nyaman dengan perannya di MU sebagai pemain di belakang striker.
Tadi malam, dia mengakhiri perasaan harap-harap cemas puluhan ribu fan MU yang menunggu gol selama hampir satu jam.