Lalu, Greysia/Apriani pasti ingin menjadi pasangan ganda putri pertama dalam sejarah yang bisa meraih medali untuk Indonesia di Olimpiade.
Dan, Praveen/Melati, andai tampil dalam form terbaik, mereka bisa mempertahankan raihan medali emas Tontowi/Liliyana di Olimpiade 2016 silam.
Untuk mewujudkan harapan melanjutkan tradisi emas itu, PP PBSI sudah melakukan semua persiapan. Tidak hanya menjaga kondisi fisik dan mental pemain, PBSI juga menggelar simulasi pertandingan.
Seperti bulan lalu, PP PBSI menggelar simulasi Olimpiade di Pelatnas. Mereka yang bakal tampil di Olimpiade Tokyo, bertanding melawan sesama pelatnas.
Ini merupakan cara jitu dari PBSI untuk mengasah feeling game Kevin Sajaya dan kawan-kawan. Sebab, mereka sudah tidak bertanding lama.
Memang, lawan yang dihadapi rekan mereka sendiri. Namun, jangan lupa, rekan mereka juga banyak yang berstatus pemain top. Beberapa di antaranya masuk dalam ranking 20 besar BWF. Artinya, tujuan mendapatkan atmosfer bertanding, bisa dicapai.
Meski, beberapa wakil Olimpiade kalah di laga simulasi tersebut. Toh, itu bisa menjadi masukan penting bagi para pelatih untuk bisa melakukan evaluasi dan koreksi.
Terpenting, tampil di Olimpiade tidak semata soal kemampuan teknis, unggulan, ataupun head to head. Namun, yang paling menentukan adalah kesiapan mental.
Simak komentar Liliyana Natsir yang dilansir dari badmintalk_com ini: "Kalau mental tidak siap, sekalipun kita diunggulkan, medali bisa tidak dapat karena bermain di mental itu yang saya alami," ujar Liliyana.
Babak penyisihan grup cabor bulu tangkis di Olimpiade 2020 akan dimulai Sabtu (24/7). Semoga pejuang bulu tangkis Indonesia bisa langsung tampil optimal demi membuka jalan lolos ke babak berikutnya.Â
Salam bulu tangkis.