Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Manchester United Masih Bisa Juara Liga Inggris, Beneran atau Hanya "Di-PHP"?

12 April 2021   08:54 Diperbarui: 13 April 2021   06:04 2668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi gol Edison Cavani. Foto: Twitter Official @ManUtd_ID

Manchester United masih bisa juara Liga Inggris musim 2020/21. Serius?

Bukankah sejak beberapa pekan lalu, Manchester United sudah terengah-engah mengejar tim sekota, Manchester City yang terus berlari kencang?

Malah, sang juara bertahan, Liverpool sudah menyerah dalam perburuan gelar karena tidak mampu lagi mengejar perolehan  poin Manchester City yang kelewat jauh?

Namun, situasi yang terjadi di laga lanjutan Premier League pada akhir pekan kemarin, memberikan harapan baru bagi Manchester United.

Pada Sabtu (10/4) malam, di luar dugaan, Manchester City  dikalahkan tim promosi, Leeds United 1-2.

Setelah episode menang dan menang yang seolah bakal tiada putus, tim asuhan Pep Guardiola ini akhinya kalah juga. Boleh jadi, fokus mereka memang terbelah di babak perempat final Liga Champions yang digelar dalam dua pekan beruntun.

Kekalahan itu direspons dengan benar oleh Manchester United (MU). Pada Minggu (11/4) tadi malam, MU meraih kemenangan penting. Tim Setan Merah-julukan MU, menang 3-1 atas Tottenham Hotspur di London.

Tertinggal lebih dulu lewat gol Son Heung-Min di menit ke-40, MU mampu come back di babak kedua. Gol Fred di menit ke-57 menyamakan skor.

Edinson Cavani merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Tottenham. MU yang sempat tertinggal, berhasil come back dan menang 3-1 di London pada laga pekan ke-31 Premier League. Minggu (11/4) malam/Foto: lovebylife.com
Edinson Cavani merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Tottenham. MU yang sempat tertinggal, berhasil come back dan menang 3-1 di London pada laga pekan ke-31 Premier League. Minggu (11/4) malam/Foto: lovebylife.com
Edinson Cavani yang tumben dimainkan sebagai starter, membawa MU berbalik unggul di menit ke-79. Lantas, ketika Tottenham berharap bisa menyamakan skor, Mason Greenwood menutup laga lewat golnya di menit ke-96.

MU harus menyapu bersih kemenangan di 7 laga sisa

Kemenangan MU itu tidak hanya menjadi sweet revenge atas kekalahan 1-6 di Old Trafford pada awal musim Oktober 2020 silam.

Lebih dari itu, kemenangan di markas Tottenham ini juga membuat MU kembali punya harapan untuk meraih gelar Liga Inggris musim ini.

Ya, Bruno Fernandes dan kawan-kawan memang masih punya harapan untuk menikung Manchester City dan meraih trofi Premier League. Meski, harapan itu kecil.

Simak fakta berikut ini.

Di klasemen sementara, MU kini ada di peringkat 2 dengan raihan 63 poin dari 31 pertandingan. Sementara Manchester City memimpin klasemen dengan 74 poin dari 32 pertandingan.

MU masih memiliki 7 pertandingan sisa. Sementara City tinggal 6 pertandingan menuju pekan ke-38. Secara matematis alias hitung-hitungan peluang, MU masih bisa juara.

Hitung-hitungannya, MU bisa meraih 7 kemenangan beruntun. Sementara City kalah tiga kali dari 6 pertandingan sisa mereka.

Andai bisa menyapu bersih 7 kemenangan, poin MU akan menjadi 84 (63 + 21). Sementara City bila kalah tiga kali (dan menang tiga kali), hanya bisa menambah 9 poin. Artinya, poin maksimal City 83 poin.

Hitung-hitungan itu juga diubah lagi semisal MU kalah sekali sementara City hanya bisa meraih tambahan 6 poin. Bisa juga hitungan lainnya.

Pendek kata, MU masih bisa juara bila meraih banyak poin dan berharap City kehilangan banyak poin. Mungkinkah kemungkinan itu terjadi?

Tidak ada yang mustahil. Sebab, bila menengok jadwal, beberapa jadwal sisa pertandingan City tidak mudah. Seperti away ke Aston Villa (22/4), menjamu Chelsea (8/5), dan menjamu Everton di pekan terakhir (23/5).

Jadwal lainnya yakni away ke Crystal Palace (1/5), Newcastle United (13/5), dan Brighton & Hove Albion (15/5).

City memang lebih banyak bermain away. Dari enam laga sisa, ada empat pertandingan yang bakal dimainkan di kandang lawan. Tentu tantangannya tidak mudah.

Apalagi, fokus City juga bakal terbelah dengan jadwal di kompetisi lain. Mereka harus meladeni Chelsea pada 17 April di Piala FA. Lalu, bersua Tottenham di final Piala Liga pada 25 April. Belum lagi bila Manchester Biru mampu lolos ke semifinal Liga Champios.

MU hanya di-PHP City?

Namun, bagaimanapun, City masih berada di garis terdepan dalam perburuan gelar. Mereka masih unggul jauh dari MU.

Jangan lupa, ketika City kalah dari Leeds United, Guardiola menyimpan beberapa pemain intinya. Bek tengah Ruben Dias, full back Kyle Walker, playmaker Kevin De Bruyne, gelandang bertahan Rodri, dan pemain sayap Riyadh Mahrez, semuanya tidak dimainkan.

Dua gelandang yang tengah on fire, Ilkay Gundogan dan Phil Foden juga baru dimasukkan di menit ke-58 dan menit ke-74.

Guardiola memang lebih fokus menyambut laga perempat final kedua melawan Borussia Dortmund di Jerman pada Selasa (13/4) malam. Apalagi, City hanya mengantongi keunggulan 2-1 pada leg pertama di kandang sendiri (7/4).

Artinya, setelah laga melawan Dortmund itu, City bakal kembali all out di liga domestik. Bukan tidak mungkin, timnya Guardiola akan bisa menyapu bersih semua trofi. Piala FA, Piala Liga, dan Liga Primer.

Hitung-hitungan di atas kertas, untuk juara Premier League, City hanya butuh empat kemenangan lagi dari sisa 6 laga. Bila menang empat kali (tambahan 12 poin), poin City akan menjadi 86. Sementara poin maksimal MU 'hanya' 84.

Hitung-hitungan itu bila MU bisa menang beruntun di 7 laga sisa. Andai MU 'terpeleset, City bisa juara lebih cepat.

Sebab, jadwal laga sisa MU juga terbilang tidak mudah. MU juga bakal melakoni beberapa laga berat. Seperti away ke Leeds United (25/4), menjamu Liverpool (1/5), away ke Aston Villa (8/5), dan menjamu Leicester City (12/5).

Termasuk menjamu Burnley (18/4) dan Fulham (15/5), serta away ke Wolverhampton di laga penutup (23/5).

Andai nanti City lantas kembali melesat dan juara, kekalahan City dari Leeds United akhir pekan kemarin, berarti hanya mem-PHP MU.

Anak asuh Ole Gunnar Solskjaer diberi 'harapan palsu'. Dibuat bergembira karena seolah punya harapan juara. Padahal, City sejatinya hanya jeda lantas kembali gas pol.

Toh, di-PHP atau tidak, kalaupun tidak juara, itu tidak akan menghapus fakta bahwa Manchester United tampil oke di Premier League musim ini.

Bila ada yang disesali adalah start mereka yang kurang oke. MU sempat kalah dari Crystal Palace, Tottenham, dan Arsenal di kandang sendiri. Andai mereka bisa gas pol sejak awal musim, ceritanya mungkin akan berbeda dari sekarang.

Satu lagi, fans MU pasti berharap Ole Solskjaer bisa memberi trofi. Kesempatan ada di Europa League.

Sebab, MU hampir pasti lolos ke semifinal usai kemenangan 2-0 di markas Granada pada leg pertama. Kamis (15/4) malam nanti, MU giliran menjamu tim asal Spanyol itu di leg II perempat final.

Sementara untuk Premier League, saya sebenarnya berharap perebutan gelar berlangsung ketat. Bahkan berakhir dramatis seperti saat City juara di musim 2011/12 silam.

Itu ending terbaik yang pernah ada di Premier League. Betapa Manchester United yang hanya tinggal menunggu beberapa menit untuk jadi juara, ternyata tidak jadi mengangkat trofi.

City yang akhirnya juara setelah Sergio Aguero mencetak gol kemenangan City atas QPR di masa injury time. Bagaimana akhir musim ini? Masih ada beberapa pekan yang patut ditunggu. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun