Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ambyar di Awal Tahun, Liverpool Lupa Filosofi Pelari Maraton

5 Januari 2021   07:50 Diperbarui: 5 Januari 2021   08:02 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohamed Salah tak mampu membawa Liverpool meraih poin. Liverpool kalah 0-1 dari Southampton di pekan ke-17 Liga Inggris, Selasa (5/1)/Foto: Liverpoolfc.com

Dalam perlombaan lari maraton, ada filosofi sederhana yang tidak boleh dilupakan seorang pelari bila ingin menang. Pelari yang tengah berlari di posisi terdepan, hanya punya syarat sederhana bila ingin sampai pertama di garis finish.

Bahwa, dia harus berlari lebih kencang dari para pelari di belakangnya. Dia harus menjauh dari kejaran para pelari yang berupaya mengejar dan menyalipnya.

Sebab, bila laju larinya melambat, sang pelari sangat mungkin didahului oleh pelari dibelakangnya yang berlari lebih konsisten.

Gambaran itu juga berlaku di kompetisi sepak bola yang panjang seperti di Liga Inggris. Dengan satu tim harus memainkan 38 pertandingan dalam satu kalender kompetisi, tim yang memimpin klasemen harus terus melaju.

Sebab, bila melambat alias gagal menang (bisa bermain imbang atau kalah), maka tim itu sangat rentan disalip tim-tim dibawahnya.

Filosofi sederhana itu yang agaknya dilupakan oleh Liverpool. Terus memimpin klasemen di bulan Desember, Liverpool justru melambat jelang pergantian tahun.

Malah, pagi tadi, Liverpool tampil ambyar di awal tahun 2021. Si Merah kalah 0-1 dari tuan rumah Southampton di pertandingan ke-17 Liga Inggris, Selasa (5/1).

Gol kemenangan Southampton dicetak Danny Ings, mantan penyerang Liverpool ketika pertandingan baru berjalan dua menit.

Menurut saya, hasil ini tidak terlalu mengejutkan. Sebab, Liverpool sebelumnya sudah menunjukkan tanda-tanda sedang tidak dalam kondisi bagus. Kekalahan dari Southampton ini ibarat klimaks dari kondisi itu.

Paceklik Menang, Liverpool Bisa Digeser Man.United

Ya, Liverpool memang sedang tidak dalam kondisi bagus. Mereka sedang bermasalah. Coba tengok hasil yang dicapai Liverpool di tiga pertandingan terakhir. Selepas periode natal, Liverpool tak mampu menang.

Simak fakta ini. Tanggal 27 Desember 2020, Liverpool ditahan tim penghuni degradasi, West Bromwich Albion 1-1. Itu untuk kali pertama, Liverpool gagal menang di Anfield di Liga Inggris musim ini.

Lantas, di akhir tahun, Liverpool hanya bermain 0-0 saat away ke markas Newcastle United (31/12). Dan puncaknya, pagi tadi, Liverpool kalah dari Southampton.

Artinya, dalam tiga pertandingan terakhir di Liga Inggris, Liverpool hanya mampu meraih 2 poin dari kemungkinan maksimal 9 poin. Jelas, itu tidak bagus bagi Liverpool dalam upaya mempertahankan gelar.

Liverpool yang sempat berpeluang menciptakan keunggulan 4 poin dari tim di bawahnya, perolehan poinnya justru terkejar oleh tim di bawahnya.

Seperti filosofi pelari maraton, ketika Liverpool yang berada di baris depan melambat, itu berarti peluang bagi para 'pelari' di belakangnya untuk mendahului.

Apalagi, saat Liverpool melambat, Manchester United (MU) yang ada di peringkat dua, justru melaju kencang. MU tidak terkalahkan dalam 10 laga terakhir. Mereka menang delapan kali.

Di tiga pertandingan terakhir, ketika Liverpool hanya meraih 2 poin, MU bisa meraih 7 poin. Hasil dari dua kemenangan dan sekali imbang.
Itu membuat MU menyamai poin Liverpool, 33 poin dari 16 laga.

Kini, usai kekalahan dari Southampton, Liverpool sangat mungkin digeser MU dari puncak klasemen. Sebab, Liverpool sudah memainkan 17 pertandingan.  

Andai MU memenangi pertandingan melawan tuan rumah Burnley pada 13 Januari nanti, Tim Setan Merah akan mengambil alih puncak klasemen. Mu bisa mengoleksi 36 poin.

Lini depan Liverpool sedang Bermasalah

Kekalahan dari Southampton menjadi gambaran bila Liverpool sedang bermasalah. Mereka memang mengalami krisis pemain di lini pertahanan.

Di laga itu, pelatih Jurgen Klopp bahkan memaksakan kapten tim Jordan Henderson, seorang gelandang, bermain sebagai center back (CB) menemani Fabinho yang juga gelandang bertahan.

Masalah di lini pertahanan Liverpool itu bukan hal baru. Sejak dua bulan lalu, lini pertahanan Liverpool sedang bermasalah setelah Virgil van Dijk dan Joe Gomez cedera. Termasuk Joel Matip yang sempat pulih lantas kembali cedera.

Toh, Klopp sempat mampu menambal lini pertahanan Liverpool dengan memainkan Rhys William atau Nathaniel Phillips bergantian menemani Fabinho.

Namun, masalah paling krusial yang kini dihadapi Liverpool adalah lini depan mereka. Bayangkan, di tiga laga terakhir, Liverpool hanya mampu mencetak satu gol.

Entah apa yang terjadi dengan trio Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Roberto Firmino. Trio penyerang tajam ini seolah mendadak 'lupa' caranya mencetak gol.

Bahkan, jumlah shoots on goal Liverpool dalam tiga pertandingan terakhir, sangat jauh menurun. Hanya di bawah 10 shots on goal di tiap pertandingan.

Tampilnya Thiago Alcantara saat melawan Southampton yang diharapkan bisa menciptakan kreativitas di lini tengah dan membuat trio penyerang Liverpool kembali tajam, ternyata tidak begitu adanya.

Sial bagi Liverpool, Diogo Jota yang sempat tampil tajam, malah cedera. Itu membuat Klopp tidak punya pilihan di lini depan. Mereka juga tidak lagi punya pemain 'super sub' sekelas Divock Origi seperti musim lalu.

Mungkinkah ini pertanda Liverpool bakal kehilangan gelarnya?

Jangan buru-buru membuat kesimpulan. Sebab, perjalanan kompetisi masih panjang. Liverpool masih punya 21 pertandingan. Mereka masih bisa bangkit.

Apalagi bila nanti posisi mereka di puncak klasemen tergusur. Jordan Henderson dkk pasti punya semangat lebih untuk kembali meraih hasil bagus.

Menariknya, di pertandingan Liga Inggris berikutnya, Liverpool bakal menjamu Manchester United di Anfield pada 17 Januari mendatang.

Andai MU bisa mengambil alih klasemen dengan mengalahkan Bunrley (13/1), Liverpool bisa kembali memimpin klasemen andai bisa mengalahkan MU di Anfield. Bila Liverpool menang atas MU, poin kedua tim sama tetapi Liverpool masih unggul jumlah selisih gol.

Namun, bila MU yang menang di Anfield, maka Bruno Fernandes dkk berarti akan unggul 6 poin dari Liverpool. Dan itu menjadi penegas bahwa Liverpool memang sedang sakit dan akan sulit mempertahankan gelarnya. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun