Lantas, di akhir tahun, Liverpool hanya bermain 0-0 saat away ke markas Newcastle United (31/12). Dan puncaknya, pagi tadi, Liverpool kalah dari Southampton.
Artinya, dalam tiga pertandingan terakhir di Liga Inggris, Liverpool hanya mampu meraih 2 poin dari kemungkinan maksimal 9 poin. Jelas, itu tidak bagus bagi Liverpool dalam upaya mempertahankan gelar.
Liverpool yang sempat berpeluang menciptakan keunggulan 4 poin dari tim di bawahnya, perolehan poinnya justru terkejar oleh tim di bawahnya.
Seperti filosofi pelari maraton, ketika Liverpool yang berada di baris depan melambat, itu berarti peluang bagi para 'pelari' di belakangnya untuk mendahului.
Apalagi, saat Liverpool melambat, Manchester United (MU) yang ada di peringkat dua, justru melaju kencang. MU tidak terkalahkan dalam 10 laga terakhir. Mereka menang delapan kali.
Di tiga pertandingan terakhir, ketika Liverpool hanya meraih 2 poin, MU bisa meraih 7 poin. Hasil dari dua kemenangan dan sekali imbang.
Itu membuat MU menyamai poin Liverpool, 33 poin dari 16 laga.
Kini, usai kekalahan dari Southampton, Liverpool sangat mungkin digeser MU dari puncak klasemen. Sebab, Liverpool sudah memainkan 17 pertandingan. Â
Andai MU memenangi pertandingan melawan tuan rumah Burnley pada 13 Januari nanti, Tim Setan Merah akan mengambil alih puncak klasemen. Mu bisa mengoleksi 36 poin.
Lini depan Liverpool sedang Bermasalah
Kekalahan dari Southampton menjadi gambaran bila Liverpool sedang bermasalah. Mereka memang mengalami krisis pemain di lini pertahanan.
Di laga itu, pelatih Jurgen Klopp bahkan memaksakan kapten tim Jordan Henderson, seorang gelandang, bermain sebagai center back (CB) menemani Fabinho yang juga gelandang bertahan.