Mohon tunggu...
Fiksiana

Indahnya Memaafkan

19 September 2018   20:49 Diperbarui: 19 September 2018   20:50 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sangat penting bagi kita memiliki kemampuan untuk memaafkan seseorang. Memaafkan lebih berguna untuk diri sendiri disbanding orang lain. Terkadang banyak dari kita yang berfikir kita sudah memaafkan, padahal yang kita lakukan adalah menghindari atau cenderung pura-pura melupakannya. Jika kamu merasa sakit, marah, panas dingin, dan tidak tau apakah kamu sungguh-sungguh sudah memaafkan, itu adalah reaksi yang wajar dari apa yang kamu alami. Tapi kamu punya control untuk membuat hal-hal tersebut semakin mengakar atau terlepas dari hatimu.

Memberi energy terhadap rasa marah, sakit, kecewa, dan pahit di hati sama dengan memberi makan ego kita. Akibatnya, kita dapat merasakan amarah yang berkepanjangan. Setiap ada godaan untuk memaki nama tersebut kita meresponnya, sehingga untuk memaafkan terasa sangat mustahil. Sebagai  makhluk social kita selalu dilingkupi oleh manusia-manusia lainnya. Ada yang mendewasakan kita dengan cara yang manis, namun ada juga yang menguatkan kita dengan rasa yang jauh dari kata nyaman.

Akibatnya, permasalahan terjadi dan menyebabkan kita sakit hati. Menyimpan luka tak akan membuat kita menjadi lebih baik. Tidak memaafkan itu menyakiti diri sendiri, disbanding mereka yang melukai kita, bahkan sudah tidak memikirkan kita sama sekali. Bagaimana kita tau jika kita sudah memaafkan? Ketika ingatan itu kembali, dan hati sudah tidak sudah tidak lagi merasakan sakit. Memang memaafkan tidaklah mudah, tapi semua itu bisa dilatih, bisa dibiasakan. Dan setelah biasa, akan menjadi kebiasaan baru.

Sampai kapan pun aka nada orang-orang yang menguji kesabaran kita. Masa depan kamu sama sekali tidak dipengaruhi atas apa yang pernah menimpa kamu, tapi masa lalu akan memberi kekuatan negative. Bagaimana kamu memandang hidup di masa depan, jika apa yang terjadi di masa lalumu tidak terselesaikan? Jika kita tidak mengambil tindakan, kita akan selalu menyalahkan apa yang sudah terjadi sebagai penyebab kegagalan. Sebagai manusia kita harus bertanggung jawab atas segala tindakan, ikhlas terhadap kondisi di luar prediksi, dan punya pengharapan untuk hidup yang lebih tinggi dari hal-hal buruk yang pernah terjadi. Jangan pernah merasa rugi untuk memaafkan orang yang telah menyakiti kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun