Aturan servis pada olahraga bulu tangkis akan resmi dilakukan pada turnamen All England 2018 pekan depan. Inti dari aturan tersebut adalah data pertemuan shuttlecock dan kepala raket (impact), tidak boleh lebih tinggi dari 115 cm diukur bawah. Sebelumnya, tinggi servis disesuaikan dengan antropometri tubuh masing-masing, yaitu di rusuk terbawah.
Belum juga dilaksanakan peraturan ini banyak menuai kontra dari para pelatih serta para pemain. Hal ini terutama berlaku untuk para pemain-pemain yang memiliki postur tinggi jangkung, terutamanya pemain Eropa. Mengapa hal ini menjadi kesulitan bagi para pemain jangkung dan bisa jusrtu memberikan keuntungan bagi para pemain kita? Mari sedikit kita lihat aturan servis dan sedikit anatomi tubuh manusia serta apa hubungannya dengan deret Fibonacci yang terkenal itu.
Sebelum ke sana sedikit kita mengerti apa deret Fibonacci. Deret Fibonacci ditemukan oleh Leonardi Pisano atau lebih dikenal dengan sebutan Leonardo Fibonacci pada abad 12 di Italia. Pada dasarnya deret fibonacci merupakan barisan bilangan sederhana dimulai dari 0 dan 1 dan suku berikutnya merupakan jumlah dua bilangan sebelumnya.
0 1 1 2 3 5 8 13 21 34 55 89 144 dan seterusnya...
Kehebatan deret ini adalah apabila angka deret di depannya dibagi angka di belakangannya pada akhirnya akan mendapatkan suatu nilai yang sering disebut Golden Ratio, yakni: 1.6180339...

Mengapa perbandingan ini menjadi penting untuk melihat bagaimana servis dalam bulu tangkis merugikan atau menguntungkan. Coba lihat tabel di bawah ini:

- Tinggi badan pemain,
- Jarak dari telapak kaki sampai pusar,
- Jarak dari pusar ke ujung kepala,
- Selisih jarak antara peraturan (115 cm) terhadap pusar, positif berarti di atas pusar, negatif berarti di bawah,
- Golden Ratio.
Dari tabel terlihat apabila pemain sampai ke tinggi 186 cm maka secara hitungan, servis masih bisa dilakukan di atas pusar, tetapi kalau lebih dari itu maka servis harus dilakukan di bawah pusar. Hal ini jelas sangat merugikan para pemain jangkung karena bisanya mereka melakukan servis tepat di tulang rusuk terbawah (aturan lama) yang berarti masih di atas pusar.
Bayangkan kalau pemain yang tingginya sampai 2 meter, maka mau tidak mau dia harus melakukan servis sampai 9 cm di bawah pusar, sangat merepotkan dan pastinya mereka akan sering terkena fault karena melanggar batas.
Tetapi untuk pemain Indonesia apalagi yang mempunya tinggi rata-rata antara 165-180 cm (sebagai perbandingan, Kevin mempunyai tinggi 170 cm), bisa jadi merupakan suatu keuntungan. Bagi yang bertinggi 170 mereka masih bisa servis sekitar 9 cm dari atas pusar atau kurang lebih seperti peraturan yang seperti sekarang.