Mohon tunggu...
Gustina Mitri
Gustina Mitri Mohon Tunggu... Relawan - Siswa

Siswa Ponpes Dr. M. Natsir Alahan Panjang. "Hidup tak seperti ikan mati yang selalu dibawa arus melainkan bak kapal yang di tengah lautan yang menentukan arahnya sendiri"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dermaga Kayu

10 Juli 2020   13:57 Diperbarui: 10 Juli 2020   13:54 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jalanku tertutup awan
Penuh kabut dan debu jalanan
Anjing saja tak dapat melintas
Bahkan ranting tak tahu tujuan

Aku berdiri sendiri
Ditengah kelamnya jalan ini
Tak ada cahaya bintang
Ataupun bulan untuk menyinari

Awan tinggi berarak berpapasan
Tak meninggalkan bekas sebagai panutan
Entah mana arah yang benar

Aku terdiam menatap sekitar
Berharap dahan kan patah sebagai  tongkat peneman jalan

Burung hantu kian bersuara
Bernyanyi merdu
Mendendangkan hidupnya
Yang selalu kesepian
Dianggap buruk tak berperasaan

Aku terus meraba dengan kaki gontai
Berharap melangkah ke arah yang benar
Perlahan
Kaki tak berdaya ini sampai
Diujung dermaga kayu buatan nelayan

Perlahan
Ku ulurkan kepala
Menyapa air laut nan tenang
Tak bersuara

Damai
Aku menyukainya
Barangkali ini zamanku
Sendiri
Berakhir sepi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun