Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu...

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

"Tidak Masalah" Atau "Bukan Masalah"?

22 November 2015   13:21 Diperbarui: 22 November 2015   17:22 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - kamus (Shutterstock)

Beberapa waktu berselang, Ivan Lanin, pemerhati bahasa, mengadakan jajak pendapat di twitter, meminta kepada para responden memilih antara frasa “tidak masalah” dan “bukan masalah”. Hasil japat (jajak pendapat) yang diperolehnya, 34 % memilih “bukan masalah” dan 66 % memilih “tidak masalah”. Seturut dengan hasil japat ini, Ivan Lanin menuliskan di laman Facebook-nya: "Bukan" mengingkarkan kata benda; "tidak" mengingkarkan kata lain. "Masalah" kata benda. Meski bertentangan dengan pendapat khalayak Twitter, yang benar "bukan masalah". Jadi, secara gamblangnya, dia mau mengatakan meskipun “tidak masalah” mengungguli dua kali lipat “bukan masalah” dalam perolehan suara, secara tatabahasa frasa “tidak masalah” keliru.

Ini berkaitan dengan masalah pemakaian dua kata yang dipakai untuk menafikan (menegasikan) dalam khazanah bahasa Indonesia yaitu “bukan” dan “tidak”. Dinyatakan bahwa “bukan” dipakai bergandengan dengan kata benda (nomina), sedangkan “tidak” dipakai bergandengan dengan jenis kata lain (verba, ajektiva, dsb). Contoh yang sederhana, kita mengatakan “Ini bukan topi saya” (karena ‘topi’ adalah kata benda/nomina) dan “Saya tidak tahu” (karena ‘tahu’ adalah kata kerja/verba). Adanya dua kata nafi (‘bukan’ dan ‘tidak’) memang cukup merepotkan bagi penutur asing, karena dalam bahasa Inggris cuma dikenal satu kata negasi yaitu “not”. Misalnya, she is not a teacher diindonesiakan menjadi “dia bukan guru”, sedangkan she is not sad diindonesiakan menjadi “dia tidak sedih”.

Adanya guideline (pedoman) yang cukup sederhana ini ternyata tidak membuat kita sebagai penutur asli terbebas dari bias bahasa sebagaimana tecermin pada survei kecil untuk memilih antara ekpresi “tidak masalah” dan “bukan masalah” di atas. Ekpresi (keliru) “tidak masalah” khususnya dalam wacana lisan (oral), menurut saya bukanlah satu-satunya yang ada. Masih ada sejumlah ekspresi senada yang menggandengkan kata benda (nomina) dengan “tidak”. Anda pasti sudah sangat familiar dengan ungkapan-ungkapan “tidak semangat”, “tidak pengaruh”, “tidak pengalaman”, “tidak sekolah”, “tidak usaha”, padahal “semangat, pengaruh, pengalaman, sekolah, usaha” adalah kata benda (nomina). Lantas di mana missing link-nya? Menurut saya, hal ini terjadi karena adanya “pengerutan” yang cenderung kita lakukan dalam ragam lisan, karena kita ingin “yang praktis saja”. Ungkapan-ungkapan di atas seharusnya berbunyi “tidak bersemangat”, “tidak berpengaruh”, “tidak berpengalaman”, “tidak bersekolah”, “tidak berusaha” (‘bersemangat, berpengaruh, berpengalaman’ menjadi kata sifat; ‘bersekolah, berusaha’ menjadi kata kerja).

Kebalikan dari ulasan di atas juga terjadi, yaitu kata “bukan” yang digandengkan dengan kata sifat (ajektiva) atau kata kerja (verba). Misalnya pada ungkapan “Saya bukan marah, tetapi hanya mau mengingatkan saja” atau “Dia bukan mencuri, tetapi meminjam” (‘marah’ kata sifat, ‘mencuri’ kata kerja). Menurut Dr Timothy Hassall, penggandengan kata “bukan” dengan non-kata benda ini, dibenarkan sebagai ekspresi penekanan (emphasis). Kadangkala, kalimat-kalimat di atas diekspresikan dengan “Saya bukannya marah, tetapi hanya mau mengingatkan saja” atau “Dia bukannya mencuri, tetapi meminjam”.

Keribetan ini ternyata belum tuntas dibahas, karena di samping “bukan” dan “tidak” untuk padanan “not” masih ada satu lagi bentuk nafi dalam bahasa kita yaitu “belum”, misalnya “I am not ready” menjadi “Saya belum siap” dan “She is not married” menjadi “Dia belum menikah”. Dalam kasus dua kalimat di atas, secara tatabahasa seharusnya kita ucapkan dengan “Saya tidak siap” dan “Dia tidak menikah”, namun tidak mungkin kita lakukan, karena secara konotatif dia berbeda permaknaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun