Mohon tunggu...
Gusrina Fauzana
Gusrina Fauzana Mohon Tunggu... Guru - Seseorang yang sedang belajar untuk menjadi pribadi yang bermanfaat

Ibu dari tiga orang putra ini memiliki hobi jadi pejuang literasi mengajak para orangtua untuk mengenalkan buku pada anak sedari dini

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

My Journey With Books

7 Maret 2024   21:24 Diperbarui: 7 Maret 2024   21:43 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perpustakaan mini di rumah(sumber : Dokumen Pribadi)

Saat si sulung usia 6 tahun, kami mulai menyekolahkannya di TK B, dengan harapan saat usianya tepat 7 tahun barulah masuk kelas 1 SD. Namun disaat dia bersekolahlah mulai terdeteksi tumbuh kembangnya yang banyak bolong stimulasinya. Pikir positif kami mungkin ini karena efek jaraknya yang terlalu dekat dengan adik sehingga tidak optimal pendampingan tumbuh kembangnya. Kami mendapatkan banyak Pekerjaan Rumah demi mengejar ketertinggalannya. Mulai harus terapi ke rumah sakit tumbuh kembang anak 2x seminggu, terapi khusus dengan psikolog, termasuk pendampingan unit pelayanan khusus dari sekolahnya. Sungguh-sungguh sangat menyita waktu, tenaga dan biaya yang luar biasa. Si sulung sulit fokus, si sulung sulit mengucapkan beberapa huruf tertentu, dan si sulung sulit mengontrol geraknya. Sulit menerima vonis seperti itu, meski yang mengatakan hanya satu dari tiga dokter anak yang kami datangi. Rasa tidak terima dan tidak percaya ini, muncul karena selama ini saya sudah berusaha maksimal selama tumbuh kembangnya. Kenapa masih ada aja yang miss, kenapa ada yang terlewat. Hingga akhirnya kami sadar, memang ada yang kurang sedari awal yang sempat terlupakan. 

Sekarang sudah jalan tiga tahun. Meski masih dipantau oleh unit pelayanan khusus di sekolahnya, alhamdulillah tidak perlu terapi ke rumah sakit lagi. Cukup pendampingan dari orangtua dirumah untuk sering-sering mengajaknya main, mengejar ketertinggalan motorik kasar dan motorik halusnya, karena sewaktu kecil jarang di lepas main di lapangan, jarang bermain dengan teman seusia, karena sama-sama maklumlah anak kota main nya dirumah aja. Dan beginilah hasil akhirnya. 

Sempat merasa usaha membacakan buku sedari kecil menjadi sia-sia belaka. Mana yang katanya membacakan buku membuat anak fokus dan melatih konsentrasi? Mana yang katanya membacakan buku sedari dini bisa meningkatkan kemampuan akademik? Selain sibuk mengantar si sulung terapi ke sana sini, alasan ini juga membuat saya akhirnya mundur teratur dari dunia perbukuan anak. Merasa gagal pada anak sendiri, menjadi khawatir jika kata-kata selama ini nyatanya tidak terbukti. 

Alhamdulillah rasa itu hanya bercokol sebentar saja. Saat si sulung akhirnya bisa mengejar ketertinggalannya dan layak masuk SD sesuai umurnya,  kemudian saat diskusi raport bakat dengan gurunya, barulah saya bisa bernafas lega plus ada rasa bangga di dada. Meskipun si sulung memiliki ketertinggalan dari teman-temannya, ternyata si sulung memiliki perbendaharaan kosakata melampaui teman-teman seumurannya. Kemampuannya berbahasa dan rasa percaya diri yang tinggi, membuat dia berani mengajukan diri menjadi pembawa acara saat pentas drama di kelasnya. Padahal masih ada pengucapan hurufnya yang masih belum jelas, namun cara si sulung berbicara di depan umum, membuat saya ikut takjub mengakui kemampuannya. 

Koleksi buku di rumah kami (sumber : dokumen pribadi)
Koleksi buku di rumah kami (sumber : dokumen pribadi)

Kepercayaan diri saya pulih kembali. Ternyata cara saya mengenalkan buku sedari dini pada si kecil banyak membantu dalam proses tumbuh kembangnya. Mungkin benar si sulung menderita speech delay, tapi karena setiap hari kita selalu membacakan buku dan dia merekam semua cerita yang dibacakan, membuat si sulung akhirnya bisa bicara  meskipun terlambat dan dengan kemampuan seadanya. Dan karena selalu dibacakan buku, kemampuan bicara itu akhirnya bisa melejit bahkan melebihi teman-temannya. 

Memang PR kami masih banyak untuk si sulung, tapi alhamdulillah kesukaannya membaca sangat membantu kami mempercepat kemajuannya. Mungkin secara sosial emosional banyak yang harus kami kejar, namun untuk perkara akademik dan kemampuan kognitif InsyaAllah kami tak perlu khawatir lagi. Sekarang tugas kami perbanyak bermain bersama keluarga. Perbanyak aktifitas fisik, dan stimulasi motorik kasarnya. Saat tumbuh kembang yang bolong-bolong itu terbayar semua, setidaknya si sulung sudah punya modal untuk fokus melejitkan kemampuannya. InsyaAllah kesukaannya dengan buku akan banyak membantu hidupnya untuk kedepan. Aamiin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun