Telah kuturunkan kepalan
Langit tetaplah langit
Putih atau kelabu selalu ada
Di jalan aspal kotamu
Aku melangkah terseok-seok
Menyeret sandal jepit putus
Kamu melaju dengan mobilmu
Mencari restoran untuk diskusi kecil
Tentang kertas putih berubah merah jambu
Tentang tepuk tangan dan namamu dielu-elukan
Sandal jepit putus adalah jengkalan pijakan
Menyimpan sejumput jejak sajak
Tentang suatu perhentian di tepi waktu
Debu-debu kuseka dari telapakku
Aku tidak akan mengepal lagi
Biarlah langit melipat lembaran kumal gambarku
Aku telah memekarkan jemari
Menanggalkan sandal jepit putus
Mengusap setiap permukaan yang akan kujelajahi
Di kampung dan kota-kota saujana
Dengan telapak telanjang
Kamu masih mengepal meninju langit
Melaju mencari restoran dan diskusi-diskusi
Tentang kertas putih menjadi merah jambu
Sebab bumi menumbuhkan duri-duri di telapakmu
Debu-debu menutupi matamu
Tawa dan jeritan menyumpal telingamu
Biarlah sandal jepit putus ini
Menampar-nampar wajahmu
*******
Ruang Lebur, Cibubur, 20 November 2019