Biarlah sepasang musim berkecup bibir
Menetes berahi di pucuk-pucuk kembang konde
Memekarkan bunga-bunga tanah
Sepasang musim berkecup bibir pada temu pertama
Menyibak tabir gentayangan hantu-hantu seberang
Tengadah telapak lontar menguntai desisan doa dari
Retak rekah bibir-bibirnya
Tengadah karang-karang menguar rintihan doa dari
Rongga-rongga dadanya
Tanyakan pada parit-parit kota
Seberapa banyak batu-batu kerontang dialirkan
Sembunyi ikan dan udang dalam cerita anak-anak
Di sini abu-abu main gila dengan putaran kopi
Kecupan basah hanya satu kali di sela bunga mangga
Kenapa kemudian tanah terpaksa mandah
Maka biarkan saja sepasang musim berkecup bibir
Meski sebentar berkulum rangkuman bungkam
Kulit-kulit kusam wajah-wajah masam
Mengumbar berahi memekarkan bunga-bunga tanah
Sepe-sepe pun tersipu-sipu
*******
Kupang, 31 Oktober 2018