Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Biarlah Sepasang Musim Berkecup Bibir

31 Oktober 2018   17:47 Diperbarui: 31 Oktober 2018   18:35 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Biarlah sepasang musim berkecup bibir
Menetes berahi di pucuk-pucuk kembang konde
Memekarkan bunga-bunga tanah

Sepasang musim berkecup bibir pada temu pertama
Menyibak tabir gentayangan hantu-hantu seberang
Tengadah telapak lontar menguntai desisan doa dari
Retak rekah bibir-bibirnya
Tengadah karang-karang menguar rintihan doa dari
Rongga-rongga dadanya

Tanyakan pada parit-parit kota
Seberapa banyak batu-batu kerontang dialirkan
Sembunyi ikan dan udang dalam cerita anak-anak

Di sini abu-abu main gila dengan putaran kopi
Kecupan basah hanya satu kali di sela bunga mangga
Kenapa kemudian tanah terpaksa mandah

Maka biarkan saja sepasang musim berkecup bibir
Meski sebentar berkulum rangkuman bungkam
Kulit-kulit kusam wajah-wajah masam
Mengumbar berahi memekarkan bunga-bunga tanah
Sepe-sepe pun tersipu-sipu

*******
Kupang, 31 Oktober 2018


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun