Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Semata-mata Mata

10 November 2017   14:16 Diperbarui: 10 November 2017   14:30 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapakah yang akan melihat dalam gelap gulita
Meraba hanya menjumpa beling duri
Tetapi perih selalu meledakkan gelak

Sejak semula mata dan terang itu senyawa
Risalah panjang paten pantang disanggah
Seperti sebatang pohon di tengah suatu taman
Terkepung dinding api menyala-nyala

Terang dan gelap itu seteru sejati
Serang-menyerang berebut ruang
Tusuk-menusuk tumpah kelabu

Siapakah yang akan melihat dalam terang benderang
Meredam serbuan sinar seperti hujan horisontal
Masih terbisik tetap senyawa

Senangkah mata pada terang telanjang bulat
Merengkuh sepenuh pelupuk melepuh

Biru meliuk di lapang terang seperti muda abadi
Biru meliuk di gerbang gelap seperti apakah lagi
Mata memecah deret risalah tetap pantang sanggah
Seperti membiar sebatang pohon semakin gondrong
Dinding-dinding api menghadang tanya tentang buah

Sebab semata-mata mata
Sampai seluruh putih merata

*******
 Kelapa Lima, Kupang, 10-11-2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun