Lalu, seperti apa caraku mencintaimu, saat bentangan benderamu terlihat tertahan disetengah tiangmu. Kemudian, kudengar pekikan merdekamu hanyalah pemicu senyuman para pemburu harta dan tahta.Â
Padahal, lihatlah kami di sini, di bawah kibaran merah dan putihmu, kami masih seperti dulu. Masih bergelut dengan pilihan, antara realita dan nurani. Sedangkan waktu terus berjalan, tanpa tahu dan mau tahu, seperti apa kami esok hari.
Dengarlah, kami hanya ingin kau tahu. Cinta itu masih seperti dulu untukmu. Tak pernah berubah dan lekang. Meskipun, rambut dan mata ini, tak sehitam dan sejeli dulu lagi.
Karena, di dalam dada ini, tak pernah hadir duga dan kira padamu.
Sinjai, 17 Agustus 2020
Kutulis tepat hari dirgahayu bangsaku.