Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Buruh - Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ayahku dan Kisahnya

6 Juni 2019   07:58 Diperbarui: 6 Juni 2019   08:01 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita adalah jelmaan kerinduan akan kenangan, pada sesuatu yang kau sebut masa lalu. Keinginanmu untuk mengikutkanku hadir menyimak, sekedar menggugah hayalanku untuk turut serta merasakan perjalanan pahit manismu saat itu.

Sesekali aku menyelia alurnya, disaat diksi pada larik kisahmu mengabur di area pahamku. Seketika kau bangkit dari sandaran kursimu, dengan gerak tubuh kau melakonkan ingatanmu tanpa sadar, tanpa kuminta kau menegaskan jawabanmu di situ.

Ada rona kepuasan, yang tak mampu kau tepiskan ayahku. Saat aku anakmu larut dan tak pernah berhenti meminta penjelasan hidupmu waktu itu. Bagaikan arus air yang tersendat di hulu, tiba-tiba terlepas menghempas ke muara. 

Gambaran tentang masa mudamu dulu, tentang kegetiran lika liku hidup langkahmu, seakan hendak kau tuntaskan hari ini. Begitu banyak haru kau luapkan, sampai aku tak mampu membayangkan takaran air mata perjalananmu.

Diakhir cerita aku menatapmu, kesederhanaan matamu yang sejak dulu menyimpan serpihan-serpihan perjuangan, kini kulihat kembali utuh membingkai semangatmu. 

Di sandaran kursi yang sedari tadi menjadi panggungmu aku berbisik, "Ayah, maafkan aku yang keliru memahami masa tuamu. Bukan baju dan sendal baru yang kau inginkan mewarnai Idul Fitrimu, juga bukan sekumpulan ketupat dan opor ayam yang kau harapkan menghiasi lebaranmu, apalagi ucapan selamat hari raya yang sedari tadi memenuhi lapak facebookmu. Tapi ternyata, hanya mendengarkan cerita hidupmu yang tak berjudul, sudah cukup membuatmu bahagia merasakan kemenanganmu hari ini.

Sinjai, 5 Juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun