Malam yang mulai bertugas, mengakhiri usia mentari dikedipan senja, diantarnya perlahan sobekan-sobekan cerita dalam sepi, untuk direnungkan selepas sujud.Â
Tak perlu ada kecewa menggurat dahi, sebab malam tak mampu memilih. Kalaupun luka membawa bekas siang tadi, antarkan aku menemuinya. Kan kubisikkan kalimat-kalimat ikhlas di hatinya, sebagai pengobat keresahan jiwanya.
Tak ada yang perlu tersesali, sebab malam terlanjur mendamaikan. Ia hadir tanpa terik, mungkin peluh tapi tak usah mengeluh. Biarkan saja ia mengalir bagai air, meskipun luka tetaplah duka.
Air mata hanyalah nyanyian malam, yang pada akhirnya nanti akan mengering terhapus waktu. Bolehkan ia jatuh bersama bulir-bulir di pinggir kerjapmu, tapi jangan biarkan menggerus rasa cintamu.
Kuatkan ia dengan mimpi, tegarkan ia dengan harap. Sebab tak ada cerita yang serupa di waktu yang sama. Ia hanyalah perulangan kata-kata, seperti malam yang selalu setia mengakhiri senja.
Sinjai, 21 Mei 2019