Bukan aku tak mencintaimu bila mengaduh pada tumpukan resah. Kalaupun kau tak suka, kan kusarungkan kembali belati kecewaku yang telanjur terhunus. Kusimpan ia, pada lipatan-lipatan kenangan yang tak tuntas. Memendamnya, sambil berharap waktu berkenang menghapusnya dengan maaf.
Sekedar untuk kau mengerti, ketegaranku adalah kumpulan-kumpulan kerapuhan yang tidak berdaya memisahkan, antara perasaan mencintai dengan ketidaktahuan membenci.Â
Lalu, mengapa harus sangsi pada ketulusan?. Haruskah kecemburuan menjadi jawaban?, ataukah kepura-puraan menjadi petunjuk atas ketidakmampuan kita menafkahi rasa?, ataukah kita berdua mesti kembali saling membuka catatan, untuk menyamakan paham pada ejaan yang bersebrangan?.
Kalaupun kau masih tak beranjak dari pijakan ego, dan aku yang terlanjur terjebak pada pilihan diam. Biarlah kita saling melangkah dalam perbedaan, bercumbu pada ketidakpastian perasaan. Sampai akhirnya, kita berdua saling menemukan hadirnya kalimat peneduh, yang ejaannya mungkin bisa sama-sama kita mengerti.
Sinjai, 17 Mei 2019