Â
Tuan berkata iya !
Namun tak bersuara.
Hanya langkah keledai yang menohok riak.
Â
Hawa sejuk kembali menyapa.
Pertanda keledai sudah tak nampak.
Â
Biar saja dia berlari.
Sekencang-kencangnya karena masa lalu.
Asa timpang menyesal pun lumrah terjadi.
Â
Dua ribu tahun berkutat pada asa.
Menahun sungguh untuk Keledai Subur.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!